Orang-orang menjadi begitu luar biasa ketika mereka mulai berpikir bahwa mereka bisa melakukan sesuatu. Saat mereka percaya pada diri mereka sendiri, mereka memiliki rahasia kesuksesan yang pertama (Norman Vincent Peale)

Pageviews last month

Search This Blog

Thursday 6 February 2020

Peluang usaha menjadi Agen dan Reseller Kurma Coklat Lezato





Rejeki itu sama seperti jodoh
Gak bisa dipaksa, gak bisa diduga dan gak mungkin tertukar
Yang penting ikhtiar 😊

Ayo siapa lagi yang mau daftar Agen / Reseller / Marketer Kurcok Lezato?
Yang mau tambahan penghasilan, segera ambil peluang nya
Kurcok manis, bisnis laris..

Info pendaftaran dan Order :
📲 085697083853
🚚 Pengiriman ke seluruh Indonesia
.
.
.
#kurcok #kurcoklezato #kurcoklezat #kurcokpremium #kurcokenak #distributorkurcok #peluangusaha #cokelatkurma #kurmacokelatpalinglezat #lezatocokelat #kurmacokelat #kurmacoklat #coklatkurma

Wednesday 4 December 2013

Pemanasan Global (Global Warming)

Pemanasan global merupakan sesuatu yang tak terbantahkan lagi dan dapat menimbulkan dampak sangat mengerikan. Pemanasan global (global warming) pada dasarnya merupakan fenomena peningkatan temperatur global dari tahun ke tahun karena terjadinya efek rumah kaca (greenhouse effect) yang disebabkan oleh meningkatnya emisi gas-gas seperti karbondioksida (CO2), metana (CH4), dinitrooksida (N2O) dan CFC sehingga energi matahari terperangkap dalam atmosfer bumi. Kejadian ini memberikan dampak yang luas dan serius bagi lingkungan bio-geofisik (seperti pelelehan es di kutub, kenaikan muka air laut, perluasan gurun pasir, peningkatan hujan dan banjir, perubahan iklim, punahnya flora dan fauna tertentu, migrasi fauna dan hama penyakit, dsb). Sedangkan dampak bagi aktivitas sosial-ekonomi masyarakat meliputi : 
(a) gangguan terhadap fungsi kawasan pesisir dan kota pantai,
(b) gangguan terhadap fungsi prasarana dan sarana seperti jaringan jalan, pelabuhan dan bandara
(c) gangguan terhadap permukiman penduduk, 
(d) pengurangan produktivitas lahan pertanian,
(e) peningkatan resiko kanker dan wabah penyakit, dsb).  
Masalah mengenai lingkungan pada dasarnya memiliki solusi yang berasal dari lingkungan juga. Salah satunya efek rumah kaca dan pemanasan global yang bisa direduksi dengan bantuan mikroorganisme. Gas rumah kaca yang disebabkan oleh bahan bakar fosil, seperti karbon dioksida ketika dilepaskan di atmosfir, keberadaannya akan menghalangi panas yang akan meninggalkan bumi sehingga akan meningkatkan temperature bumi. Bila hal ini terjadi maka akan terjadi perubahan iklim yang akan mempengaruhi kualitas kehidupan di lingkungan kita. Selain disebabkan oleh CO2, gas berikut juga memiliki kontribusi dalam pemanasan global, methane (CH4) dan nitrous oksida (N2O). Peran mikroorganisme untuk mengurangi kadar gas pemicu terjadinya pemanasan global sangat dibutuhkan. Mikroorganisme dapat menjadi penyebab atau korban, namun juga dapat menjadi penyelamat alami mengatasi pemanasan global. 

Proses Terjadinya Pemanasan Global 
Gelombang cahaya matahari memanaskan bumi. Cahaya matahari ini harus melalui lapisan atmosfer yang menyelubungi dan melindungi bumi. Cahaya ini kemudian diserap oleh benda-benda yang ada di bumi. Sisanya dipantulkan kembali ke ruang angkasa melalui radiasi.
Atmosfer yang menyelimuti bumi terdiri atas campuran berbagai gas. Beberapa jenis gas seperti karbondioksida, dinitroksida, dan metana menahan panas matahari yang masuk dan mencegahnya kembali ke angkasa. Hal ini yang menyebabkan permukaan bumi tetap hangat sehingga bisa ditinggali makhluk hidup. Gas-gas tadi dinamakan Gas Rumah Kaca (GRK) karena efeknya mirip panel yang berfungsi menahan panas supaya rumah kaca tetap hangat.
Tetapi jika GRK terlalu banyak, panas matahari yang terperangkap di bumi terlalu banyak sehingga suhu bumi meningkat. Dari tahun ke tahun jumlah GRK semakin banyak karena polusi yang disebabkan manusia. Hal ini menyebabkan bumi semakin panas. Diantara semua gas tadi, Karbondioksida adalah GRK utama. Jumlahnya sekitar 80% dari keseluruhan GRK.
Ada banyak hal yang menimbulkan GRK. Karbondioksida muncul akibat penggunaan bahan bakar fosil seperti batubara, gas, dan minyak. Penebangan hutan juga menyumbang tingginya karbondioksida di atmosfer. Saat pohon ditebang, ia melepaskan karbondioksida karena pohon berfungsi menyerap karbon. Pertanian juga ikut menyumbang GRK. Lahan pertanian yang dipupuk dengan pupuk bernitrogen  akan menghasilkan Dinitroksida.

Methanogen
Mikro organisme yang disebut methanogen yang hidup dalam habitat bebas oksigen, memproduksi gas methan yang cukup untuk memanaskan bumi agar tidak membeku. Untuk menciptakan efek rumah kaca sekuat itu, para peneliti dari NASA memperhitungkan konsentrasi karbondikosida di atmosfir sekitar dua persen. Artinya, diperlukan volume gas karbondioksida 50 kali lipat dari volume saat ini tetapi hanya dibutuhkan 0,1 persen konsentrasi gas methan untuk menjaga agar bumi tidak membeku. 
           Selama sekitar dua milyar tahun, mikroorganisme methanogen berkembang biak di bumi yang dipenuhi aktivitas vulkanisme. Methanogen mengkonsumsi karbondioksida dan hidrogen, yang dimuntahkan gunung api dan memproduksi gas methan sebagai produk buangan. Selama milyaran tahun konsentrasinya menjadi cukup besar untuk menyebabkan efek rumah kaca dan pemanasan global di bumi. Diperkirakan, suhu bumi ketika itu, rata-rata 33 derajat Celsius atau jauh lebih panas ketimbang suhu rata-rata selama 100.000 tahun terakhir ini. Ketika produksi gas methan melebihi konsentrasi satu promile, sistem thermostat global di atmosfir bekerja dengan mengubah methan menjadi rantai polymer panjang yang menghalangi cahaya matahari sehingga menyebabkan terjadinya semacam penyejukan suhu global.
            Akibatnya, pada zaman kambrium yakni sekitar 542 juta tahun lalu, terjadi eksplosi biologi di permukaan bumi yaitu tiba-tiba keanekaragaman hayati meningkat secara drastis. Dalam waktu hanya 40 juta tahun, jumlah biomassa yang menjadi cikal bakal organisme modern semakin banyak jenisnya. Pemicunya diduga emisi oksigen ke atmosfer yang membunuh mikroorganisme methanogen, tetapi memunculkan semakin banyak organisme lain yang berderajat lebih tinggi. 

Pengendalian Pemanasan Global

1. Menghilangkan karbon

Cara yang paling mudah untuk menghilangkan karbondioksida di udara adalah dengan memelihara pepohonan dan menanam pohon lebih banyak lagi. Pohon, terutama yang muda dan cepat pertumbuhannya, menyerap karbondioksida yang sangat banyak, memecahnya melalui fotosintesis, dan menyimpan karbon dalam kayunya.


2.Persetujuan internasional

Kerjasama internasional diperlukan untuk mensukseskan pengurangan gas-gas rumah kaca. Di tahun 1992, pada Earth Summit di Rio de Janaerio, Brazil 150 negara berikrar untuk menghadapi masalah gas rumah kaca dan setuju untuk menterjemahkan maksud ini dalam suatu perjanjian yang mengikat. Pada tahun 1997 di Jepang. 160 negara merumuskan persetujuan yang lebih kuat yang dikenal dengan Protokol Kyoto.
   
3.Mikroba sungai kotor tekan pemanasan global

           Cara lain yang bisa dilakukan untuk adaptasi terhadap pemanasan global yaitu memanfaatkan bakteri yang biasa ditemukan di sungai kotor dan tercemar. Mikroba dari sungai tercemar bisa dimanfaatkan untuk mengikat unsur gas rumah kaca dari atmosfer dan rekayasa genetika pada bakteri jenis tertentu terbukti mampu mengikat karbondioksida dan metana, dua komponen terbesar gas rumah kaca, hingga 30 persen.

LYTHRACEAE


Semak, perdu atau pohon, tidak pernah memnjat. Daun berhadapan, berkarang atau tersebar, tunggal, tepi rata. Daun penumpu ada atau tidak ada. Bunga kebanyakan beraturan, berkelamin dua, berbilang 3-8, pada pangkalnya kerap kali dengan dua daun pelindung. Kelopak bersatu, kadang-kadang berseling dengan taju tambahan yang kecil. Daun kelopak tertancap di antara taju kelopak, kadang-kadang tidak ada. Benang sari satu sampai banyak, kerap kali tidak sama, kepala sari beruang dua. Bakal biji menumpang, kadang-kadang tertancap pada dasar tabung kelompok, beruang 1-7. Tangkai putik 1. Kepala putik bentuk titik atau tombol. Buah kotak membuka atau tidak, berbiji banyak.

1.        Pemphis

Perdu atau pohon kecil, tinggi 0,2-4 m. Batang utama pendek, kadang-kadang terlentang. Pada banyak bagian berambut halus. Daun berhadapan, bertangkai pendek, eliliptis memanjang, dengan pangkal bentuk baji, 1-3 kali 0,3-1,3 cm, berdaging tipis, sedikit asam. Bunga bertangkai pendek, bertangkai putik tidak sama, artinya sebagian dengan tangkai putik panjang dan benang sari pendek, sebagian dengan tangkai putik pendek dan benang sari panjang. Kelopak bentuk lonceng tabung, tinggi 6-8 mm, taju segitiga lebar, taju tambahan berbentuk paku. Daun mahkota eliptis sampai memanjang, panjang 6-8 mm, mengkerut, putih cerah. Benang sari berseling, antara yang panjang dan pendek,menancap pada tabung kelopak. Kepala putik lebar. Bakal buah beruang 1. Buah ellipsoid, lk sama panjang dengan kelopak, membuka dengan tutup. Biji bentuk baji, dengan tepi tebal. Hanya di tepi laut atau dekat laut, pada pantai berlumpur.

2.        Lagerstroemia
Pohon, tinggi 10 – 45 m. Daun bertangkai cukup pendek, oval, ellips, atau memanjang, serupa kulit, hijau tua, 9 – 28 kali 4 – 12 cm. Bunga bertangkai putik sama. Malai panjang 10 – 50 cm, di ujung atau dalam ketiak daun yang tinggi. Kelopak sisi luar berambut; tabung bentuk lonceng, dengan 12 atau 14 rusuk; taju lancip. Daun mahkota dengan kuku tipis, panjang lk 0,5 cm; helaian bulat telur terbalik sampai bentuk bulat, keriting, ungu, panjang lk 3 cm. Benang sari boleh dikatakan sama. Bakal buah beruang 3 – 7, gundul. Buah bentuk bola sampai bentuk bulat memanjang, berparuh panjangnya 2 – 3,5 cm, pecah menurut ruang dengan 3 – 7 katup. Biji cukup besar, pada pangkalnya dengan alat tambahan yang menebal, pada ujungnya dengan sayap berbentuk pisau. Di hutan yang ringan; kerapkali ditanam sebagai pohon hias. 1 – 300 ( - 800 m ).

3.        Lawsonia
     Perdu tegak, berduri atau tidak, tinggi 1,5 – 4 m. Rantai muda bersegi empat tajam sampai bersayap            empat, yang tua boleh dikatakan tajam. Daun berhadapan, bertangkai pendek, elliptis, bentuk memanjang     atau bulat telur terbalik, dengan ujung dan pangkal lancip, 1,5 – 5 kali 1 – 3 cm. Bunga berbau enak.             Malai di ujung dan di ketiak. Kelopak berbagi dalam; tabung bentuk kerucut terbalik, tinggi 1,5 cm; taju       bulat telur, menjauh, runcing. Daun mahkota duduk, bentuk ginjal, berlipat sekali, lebih panjang daripada       kelopak, kuning muda, kemudian kerapkali kemerahan. Bakal buah beruang 2 – 4. Kepala putik kecil.         Buah duduk di atas tabung kelopak yang datar, lk bentuk bola, diameter 5 – 8 mm,dimahkotai oleh               pangkal tangkai putik. Biji bentuk pyramid terbalik. 

Wednesday 27 November 2013

Jamur Kuping (Auricularia Polytrica)

Jamur kuping termasuk jamur kayu, merupakan species yang memiliki tubuh buah paling besar diantara familia Auriculariceae. Heminium yang menghasilkan basidium panjangnya dan bersel 4, terdapat pada permukaan bawah. Jamur segar umumnya mengandung 85-89 persen air. Kandungan lemak cukup rendah antara 1,08-9,4 persen (berat kering) terdiri atas asam lemak bebas mono ditriglieserida, sterol, dan phoshpolipida. Karbohidrat ada dalam bentuk glikogen, khitin, dan sebuah polimer N-asetil glikosamin yang merupakan komponen struktural sel jamur.
Jamur kuping memiliki permukaan bagian atas yang agak mengkilat dan halus, bagian bawah berbulu halus dan banyak mengandung spora. Tubuh buah duduk atau bertangkai pendek,berbentuk mangkok beraturan, biasanya berlekuk tak beraturan. Penampangnya beberapa cm sampai 2 dm, kalau basah seperti agar-agar, kalau kering menjadi kerupang kecil,berwarna coklat tua atau hitam, kenyal seperti tulang muda.
Jamur kuping telah lama dikenal oleh masyarakat, jauh sebelum jamur merang dibudidayakan, karena banyak tumbuh pada media kayu di desa-desa, tumbuh di kayu yang telah busuk. dan biasa dibiarkan begitu saja. Jamur kuping dikenal dengan banyak nama, karena terdapat di mana-mana. Di Jawa Barat dinamakan supa lember. Di Eropa dikenal dengan nama Oortjeszwam, di Jepang dengan nama Kikurage, orang Yahudi menyebutnya Jew's ear fungi. Di Indonesia, jamur kuping bisa ditemukan di sekitar Bogor, Sukabumi atau tempat sejuk lainnya seperti di daerah Yogya. Sedangkan di luar negeri banyak di budidayakan di Taiwan, Hongkong, Vietnam, Malaysia.
Sebagai organisme yang tidak berklorofil, jamur tidak dapat melakukan fotosintesis seperti halnya tumbuh – tumbuhan. Dengan demikian jamur tidak dapat menggunakan energi matahari secara langsung. Jamur mendapat makanan dalam bentuk jadi seperti selulosa, glukosa, protein, dan senyawa pati. Bahan – bahan ini akan diurai dengan bantuan enzim yang diproduksi oleh hifa menjadi senyawa yang dapat diserap dan digunakan untuk tumbuh dan berkembang. Semua jamur yang bersifat edibel bersifat saprofit yaitu organisme yang hidup dari senyawa organik yang telah mati (Sinaga, 1999).

2.2.1 Klasifikasi
Klasifikasi jamur kuping menurut Alexopolous dan Mins (1979) adalah sebagai berikut:
Kingdom         Fungi
Division           Amastigomycota
Class                Basidiomycetes
Ordo                Auriculariales
Family             Auriculariae
Genus              Auricularia
Species            A. polytricha (Mont.)Sacc.
                       
2.2.2 Perkembangan dan Siklus Hidup
Menurut Alexopoulus, J (1979) bahwa siklus hidup dari anggota Basidiomycetes ini terdiri dari 9 tahap, dimana tahap perkembangannya meliputi :
  1. Perkecambahan basidiospora,
  2. Pembentukan miselium hamokariotik yang haploid, jika terjadi siklus aseksual akan dihasilkan oidia,
  3. Proses plasmogami,
  4. Terbentuk miselium fertile, jika terjadi siklus aseksual akan menghasilkan spora binukleid,
  5. Pembentukan tubuh buah jamur,
  6. Pembentukan basidia,
  7. Peleburan sepasang nuclei dari 2 tipe induk (kariogami),
  8. Berlangsungnya proses meiosis,
  9. Terbentuknya basidiospora.
Auricularia polytricha berkembang biak dengan spora. Di tempat yang lembab spora-spora ini akan berkecambah membentuk semacam benang halus yang dinamakan hifa. Hifa ini akan tumbuh ke seluruh bagian media tumbuh. Jalinan sejumlah hifa yang membentuk jaringan disebut miselium.


Fungi (Sifat dan Klasifikasi Fungi)

Fungi
Jamur (Fungi) merupakan kelompok organisme eukariotik yang membentuk dunia jamur atau regnum fungi. Meskipun fungi pernah dikelompokkan ke dalam Kingdom Tumbuhan, fungi adalah organisme unik yang umumnya berbeda dari eukariota lainnya apabila ditinjau dari cara memperoleh makanan, organisasi struktural serta pertumbuhan dan reproduksinya (Campbell, 2003).

Sifat Fungi
Fungi termasuk eukariot dan memiliki sifat-sifat tertentu sama dengan tumbuh-tumbuhan, seperti memiliki dinding sel, vakuola berisi getah sel dan dengan mikroskop dapat diamati aliran plasma yang baik dan juga sifat nyata ketidakmampuan untuk bergerak. Fungi tidak mengandung pigmen fotosintesis dan bersifat C-heterotrof. Fungi tumbuh pada kondisi aerob dan memperoleh energi dengan mengoksidasi bahan organik. Fungi menunjukkan diferensiasi yang sederhana, dan juga hampir tidak ada pembagian kerja (Schlegel, 1994a).
Fungi tidak mempunyai klorofil, sehingga hidupnya terpaksa bergantung dari zat-zat yang telah dibuat oleh organisme lain (Dwidjoseputro, 1978). Fungi memerlukan senyawa organik untuk nutrisinya sehingga disebut organisme heterotrofik. Sebagai makhluk heterotrof, fungi dapat bersifat parasit obligat, parasit fakultatif, atau saprofit (Anonim, 1995).

  1. Parasit obligat
Merupakan sifat fungi yang hanya dapat hidup pada inangnya, sedangkan di luar inangnya tidak dapat     hidup. Misalnya, Pneumonia carinii (khamir yang menginfeksi paru-paru penderita AIDS).

  1. Parasit fakultatif
Adalah fungi yang bersifat parasit jika mendapatkan inang yang sesuai, tetapi bersifat saprofit jika             tidak mendapatkan inang yang cocok.

  1. Saprofit
Merupakan fungi pelapuk dan pengubah susunan zat organik yang mati. Fungi saprofit menyerap            makanannya dari organisme yang telah  mati seperti kayu tumbang dan buah jatuh. Sebagian besar          jamur saprofit mengeluarkan enzim hidrolase pada substrat makanan untuk mendekomposisi molekul      kompleks menjadi molekul sederhana sehingga mudah diserap oleh hifa. Selain itu, hifa dapat juga            langsung menyerap bahanbahan organik dalam bentuk sederhana yang dikeluarkan oleh inangnya.

Klasifikasi Fungi

 Sistem klasifikasi fungi didasarkan pada ciri-ciri spora seksual dan tubuh buah yang ada selama tahap-tahap seksual dalam daur hidupnya. Menurut Alexopoulus (1962), Thallophyta yang tidak berklorofil dibagi atas (Dwidjoseputro, 2003):

  1. Phylum Schizomycophyta (bakteri)
  2. Phylum Myxomycophyta (jamur lendir)
  3. Phylum Eumycophyta (jamur benar)
Berdasarkan pada cara dan ciri reproduksinya, Phylum Eumycophyta terbagi atas empat kelas (Pelczar dan Chan, 1986), yaitu :

  1. Kelas Phycomycetes (zygomycetes)
Kelas ini meliputi fungi tingkat rendah, dimana benda vegetatifnya berhifa bercabang-cabang beberapa kali, berinti banyak dan tidak bersekat. Sebagian besar fungi berderajat rendah menghasilkan spora dalam sporangium. Bentuk yang primitif, yang disesuaikan untuk hidup dalam air membentuk spora dan gamet yang mampu bergerak. Fungi jenis ini dapat bereproduksi secara aseksual maupun seksual dan merupakan pathogen oportunis yaitu tidak dapat menyebabkan penyakit pada inang sehat, tetapi menyebabkan mikosis pada inang terkompromi.

Contoh :

                                                                 Rhizopus oryzae

  1. Kelas Ascomycetes
Kelas ini mempunyai ciri yaitu pembentukan askus yang merupakan tempat dihasilkannya askospora. Beberapa askomiset membentuk tubuh buah atau askokarp yang melindungi askus bersama askosporanya. Secara aseksual, jamur uniseluler memperbanyak diri dengan membentuk tunas sedangkan pada jamur multiseluler melalui pembelahan biner dan pembentukkan konidia dalam jumlah besar. Jamur ini hidupnya ada yang parasit, saprofit, dan ada pula yang bersimbiosis dengan ganggang membentuk Lichenes. Jamur ini mempunyai miselium yang bersekat-sekat. Contoh spesies dari kelas ini adalah Sacharomyces cerevisae, Neurospora sitophila, Peniciliium notatum, Aspergillus oryzae, dan lain-lain.
                                Pennicilium notatum                     Sacharomyces cereviseae

  1. Kelas Basidiomycetes
Basidiomycetes dipandang sebagai fungi yang perkembangannya paling tinggi di antara kelompok fungi. Organ yang khas pada basidiomycetes yaitu basidium, sebuah sel cendawan yang terdapat di ujung, yang sesuai dengan askus. Dari basidium ini lazimnya dipisahkan ke luar empat basidiospora. Basidiospora ini berinti tunggal dan haploid. Seperti juga askospora, basidiospora ini juga merupakan hasil plasmogami, kariogami dan meiosis. Miset basidiomiset terdiri dari hifa-hifa berseptum. Fungi ini merupakan basidiomiset patogenik yang paling penting pada manusia dan dapat menimbulkan kriptokokosis. Banyak jamur yang bersifat sangat beracun dan mengandung mikotoksin. Contoh spesies dari kelas ini adalah Volvariella volvacea, Puccinia graminis, dan lain-lain.

                                                                Ganoderma lucidum

  1. Kelas Deuteromycetes
Kelas ini meliputi fungi yang tingkat reproduksinya belum jelas sehingga fungi jenis ini dinamakan juga fungi imperfecti (jamur tidak sempurna). Dan sebagian besar fungi patogenik pada manusia adalah Deuteromycetes. Fase saprofiliknya berbentuk miselium dan fase parasitiknya banyak ditemukan pada khamir. Contoh spesies dari kelas ini adalah jamur oncom. Sebelum diketahui pembiakan generatifnya jamur oncom dinamakan Monilia sitophila tetapi setelah diketahui pembiakan generatifnya yang berupa askus namanya diganti menjadi Neurospora sitophila dan dimasukkan ke dalam kelas Ascomycotina.

         Alternaria alternata
                                                                                        Microsporum sp




Thursday 29 August 2013

Pengaruh Penambahan Limbah Cair Tahu Pada Media Sabut Kelapa Terhadap Produktivitas Dan Jenis Triterpenoid Lingzhi

Abstract:

Telah dilakukan penelitian mengenai pengaruh penambahan limbah cair tahu pada media sabut kelapa terhadap produktivitas dan jenis triterpenoid Lingzhi. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dan deskriptif. Metode eksperimental Rancangan Acak Lengkap digunakan untuk analisis produktivitas Lingzhi yang terdiri dari lima perlakuan yaitu penambahan limbah cair tahu konsentrasi 0%, 3%, 6%, 9% dan 12%. Metode deskriptif digunakan untuk analisis jenis triterpenoid Lingzhi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan limbah cair tahu sebesar 3% memberikan hasil yang optimal terhadap waktu munculnya primordia yaitu 205,2 hari setelah inokulasi (HSI) dan rata-rata berat basah tubuh buah Lingzhi yaitu 3,95 gram pada panen pertama, tetapi tidak berpengaruh terhadap jumlah, diameter dan berat kering tubuh buah Lingzhi.

Description:

Penambahan limbah cair tahu dengan konsentrasi yang berbeda menghasilkan jenis triterpenoid yang berbeda. Penambahan limbah cair tahu konsentrasi 0% menghasilkan 8 jenis triterpenoid yaitu ganoderic acid (?, Mg, H, dan Y ), lucidenic acid (D1 dan N), ganodermic acid TQ, dan 3,15-Diacetoxy-23-oxo-7,9(11),24E-lanostatrien-26-oicacid ; konsentrasi 3% menghasilkan 3 jenis triterpenoid yaitu ganoderic acid (Y, C2, dan P) ; konsentrasi 6% menghasilkan 12 jenis triterpenoid yaitu ganoderic acid (Mg, Y, K, L, dan Mi) dan lucidenic acid (D1, M, dan G), ganoderiol A, ganodermic acid Ja, lucidone A dan ganoderol A ; konsentrasi 9% menghasilkan 5 jenis triterpenoid yaitu ganoderic acid (Y U, dan N), lucidenic acid D1 dan ganoderal A ; konsentrasi 12% menghasilkan 5 jenis triterpenoid yaitu ganoderic acid (Y dan N), lucidenic acid (D1 dan G), dan lucidone A. he research about the effect of the Tofu's liquid waste addition at cocopeat medium to productivity and triterpenoid Lingzhi (Ganoderma lucidum (Fr.) Karst) kind has been done. This research used to experimental and descriptive method.The experimental method Complete Random Design was used to analyze the productivity consist of the treatment was added the Tofu's liquid waste there are 0%, 3%, 6%, 9%, and 12%. The descriptive method was used to analyze the triterpenoid content. The result from this research showed that the added of tofu's waste 3% gives optimum the effect of when primordial appears that is 205,2 day after inoculation (DAI) and wet weight mean that is 3,94622 gram on the first harvest but there's no effect at amount, diameter, and dry weight of Lingzhi. The added of Tofu's liquid waste with different concentrate will product a different kind of triterpenoid. The added of Tofu's liquid with concentration 0% producted 8 types of triterpenoids there are ganoderic acid (?, Mg, H,and Y), lucidenic acid ( D1 and N), ganodermic acid TQ, and 3,15-Diacetoxy-23-oxo-7,9(11),24E-lanostatrien-26-oic acid ; concentration 3% producted 3 types there are ganoderic acid (Y, C2, and P);concentration 6% producted 12 types there are ganoderic acid (Mg, Y, K, L and Mi), lucidenic acid (D1, M, and G),ganoderiol A, ganodermic acid Ja, lucidone A and ganoderol ; concentration 9% producted 5 types there are ganoderic acid (Y, U and N), lucidenic acid D1 , and ganoderal A; concentration 12% producted 5 types there are ganoderic acid (Y and N), lucidenic acid (D1 and G) and lucidone A.

Thursday 23 February 2012

Mikoriza (Interaksi Jamur dengan Akar Tanaman)


          Mikoriza adalah suatu bentuk asosiasi simbiotik antara akar tumbuhan tingkat tinggi dan miselium cendawan tertentu. Nama mikoriza pertama kali dikemukakan oleh ilmuwan Jerman Frank pada tanggal 17 April 1885. Tanggal ini kemudian disepakati oleh para pakar sebagai titik awal sejarah mikoriza. Nuhamara (1993) mengatakan bahwa mikoriza adalah suatu struktur yang khas yang mencerminkan adanya interaksi fungsional yang saling menguntungkan antara suatu autobion/tumbuhan tertentu dengan satu atau lebih galur mikobion dalam ruang dan waktu. Struktur yang terbentuk dari asosiasi ini tersusun secara beraturan dan memperlihatkan spektrum yang sangat luas, baik dalam hal tanaman inang, jenis cendawan maupun penyebaranya. Mikorisa tersebar dari artictundra sampai ke daerah tropis dan dari daerah bergurun pasir sampai ke hutan hujan yang melibatkan 80% jenis tumbuhan yang ada.
            Berdasarkan struktur tubuh dan cara infeksi terhadap tanaman inang, mikoriza dapat digolongkan menjadi 2 kelompok besar (tipe) yaitu ektomikoriza dan endomikoriza (Rao, 1994). Namun ada juga yang membedakan menjadi 3 kelompok dengan menambah jenis ketiga yaitu peralihan dari 2 bentuk tersebut yang disebut ektendomikoriza. Pola asosiasi antara cendawan dengan akar tanaman inang menyebabkan terjadinya perbedaan morfologi akar antara ektomikoriza dengan endomikoriza. Pada ektomikoriza, jaringan hipa cendawan tidak sampai masuk kedalam sel tapi berkembang diantara sel kortek akar membentuk "hartig net dan mantel dipermukaan akar. Sedangkan endomikoriza, jaringan hipa cendawan masuk kedalam sel kortek akar dan membentuk struktur yang khas berbentuk oval yang disebut vesicle dan sistem percabangan hipa yang disebut arbuscule, sehingga endomikoriza disebut juga vesicular-arbuscular micorrhizae (VAM)
   Kondisi lingkungan tanah yang cocok untuk perkecambahan biji juga cocok untuk perkecambahan spora mikoriza. Demikian pula kindisi edafik yang dapat mendorong pertumbuhan akar juga sesuai untuk perkembangan hifa. Jamu mikoriza mempenetrasi epidermis akar melalui tekanan mekanis dan aktivitas enzim, yang selanjutnya tumbuh menuju korteks. Pertumbuhan hifa secara eksternal terjadi jika hifa internal tumbuh dari korteks melalui epidermis. Pertumbuhan hifa secara eksternal tersebut terus berlangsung sampai tidak memungkinnya untuk terjadi pertumbuhan lagi. Bagi jamur mikoriza, hifa eksternal berfungsi mendukung funsi reproduksi serta untuk transportasi karbon serta hara lainnya kedalam spora, selain fungsinya untuk menyerap unsur hara dari dalam tanah untuk digunakan oleh tanaman (Pujianto, 2001)
Atmaja (2001) mengatakan bahwa pertumbuhan Mikoriza sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti:
1. Suhu
Suhu yang relatif tinggi akan meningkatka aktifitas cendawan. Untuk daerah tropika basah, hal ini menguntungkan. Proses perkecambahan pembentukkan MVA melalui tiga tahap yaitu perkecambahan spora di tanah, penetrasi hifa ke dalam sel akar dan perkembangan hifa didalam konteks akar. Suhu optimum untuk perkecambahan spora sangat beragam tergantung jenisnya. Beberapa Gigaspora yang diisolasi dari tanah Florida, diwilayah subtropika mengalami perkecambahan paling baik pada suhu 34°C, sedangkan untuk spesies Glomus yang berasal dari wilayah beriklim dingin, suhu optimal untuk perkecambahan adalah 20°C. Penetrasi dan perkecambahan hifa diakar peka pula terhadap suhu tanah. Pada umumnya infeksi oleh cendawan MVA meningkat dengan naiknya suhu. Schreder (1974) dalam Atmaja (2001) menemukan bahwa infeksi maksimum oleh spesies Gigaspora yang diisolasi dari tanah Florida terjadi pada suhu 30-33°C. Suhu yang tinggi pada siang hari (35°C) tidak menghambat perkembangan dan aktivitas fisiologis MVA. Peran mikoriza hanya menurun pada suhu diatas 40°C. Suhu bukan merupakan faktor pembatas utama dari aktifitas MVA. Suhu yang sangat tinggi berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman inang. MVA mungkin lebih mampu bertahan terhadap suhu tinggi pada tanah bertekstur berat dari pada di tanah berpasir.
2. Kadar air tanah
Untuk tanaman yang tumbuh didaerah kering, adanya MVA menguntungkan karena dapat meningkatkan kemampuan tanaman untuk tumbuh dan bertahan pada kondisi yang kurang air (Vesser et el,1984dalam Pujianto, 2001). Adanya MVA dapat memperbaiki dan meningkatkan kapasitas serapan air tanaman inang. Ada beberapa dugaan mengapa tanaman bermikoriza lebih tahan terhadap kekeringan diantaranya adalah:
-  adanya mikoriza resitensi akar terhadap gerakan air menurun sehingga transfer iar ke akar meningkat.
-  Tanaman kahat P lebih peka terhadap kekeringan, adanya MVA menyebabkan status P tanaman meningkat sehingga menyebabkan daya tahan terhadap kekeringan meningkat pula.
- Adanya hifa eksternal menyebabkan tanaman ber-MVA lebih mampu mendapatkan air daripada yang tidak ber-MVA tetapi jika mekanisme ini yang terjadi berarti kandungan logam-logam lebih cepat menurun. Penemuan akhir-akhir ini yang menarik adanya hubungan antara potensial air tanah dan aktifitas mikoriza. Pada tanaman bermikoriza jumlah air yang dibutuhkan untuk memproduksi 1gram bobot kering tanaman lebih sedikit daripada tanaman yang tidak bermikoriza.
-   Tanaman mikoriza lebih tahan terhadap kekeringan karena pemakaian air yang lebih ekonomis.
-   Pengaruh tidak langsung karena adanya miselin eksternal menyebabkan MVA efektif didalam mengagregasi butir-butir tanah sehingga kemampuan tanah menyimpan air meningkat.
3. pH tanah
Cendawan pada umumnya lebih tahan lebih tahan terhadap perubahan pH tanah. Meskipun demikian daya adaptasi masing-masing spesies cendawan MVA terhadap pH tanah berbeda-beda, karena pH tanah mempengaruhi perkecambahan, perkembangan dan peran mikoriza terhadap pertumbuhan tanaman. Glomus fasciculatus berkembang biak pada pH masam. Pengapuran menyebabkan perkembangan G. fasciculatus menurun (Mosse, 1981 dalam Atmaja, 2001). Demikian pula peran G.fasciculatus di dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman pada tanah masam menurun akibat pengapuran (Santoso, 1985). Pada pH 5,1 dan 5,9 G. fasciculatus menampakkan pertumbuhan yang terbesar, G. fasciculatus memperlihatkan pengaruh yang lebih besar terhadap pertumbuhan tanaman justru kalau pH 5,1 G. Mosseae memberikan pengaruh terbesar pada pH netral sampai alkalis (pH 6,0-8,1).
Perubahan pH tanah melalui pengapuran biasanya berdampak merugikan bagi perkembangan MVA asli yang hidup pada tanah tersebut sehingga pembentukan mikoriza menurun (Santosa, 1989). Untuk itu tindakan pengapuran dibarengi tindakan inokulasi dengan cendawan MVA yang cocok agar pembentukan mikoriza terjamin.
4. Bahan organik
Bahan organic merupakan salah satu komponen penyusun tanah yang penting disamping air dan udara. Jumlah spora MVA tampaknya berhubungan erat dengan kandungan bahan organic didalam tanah. Jumlah maksimum spora ditemukan pada tanah-tanah yang mengandung bahan organic 1-2 persen sedangkan pada tanah-tanah berbahan organic kurang dari 0,5 persen kandungan spora sangat rendah (Pujianto, 2001). Residu akar mempengaruhi ekologi cendawan MVA, karena serasah akar yang terinfeksi mikoriza merupakan sarana penting untuk mempertahankan generasi MVA dari satu tanaman ke tanaman berikutnya. Serasah akar tersebut mengandung hifa,vesikel dan spora yang dapat menginfeksi MVA. Disamping itu juga berfungsi sebagai inokulasi untuk tanaman berikutnya.
5. Cahaya dan ketersediaan hara
Bjorman dalam Gardemann (1983) dalam Atmaja (2001) menyimpukan bahwa dalam intensitas cahaya yang tinggi kekahatan sedang nitrogen atau fosfor akan meningkatkan jumlah karbohidrat di dalam akar sehingga membuat tanaman lebih peka terhadap infeksi cendawan MVA. Derajat infeksi terbesar terjadi pada tanah-tanah yang mempunyai kesuburan yang rendah. Pertumbuhan perakaran yang sangat aktif jarang terinfeksi oleh MVA. Jika pertumbuhan dan perkembangan akar menurun infeksi MVA meningkat.
Peran mikoriza yang erat dengan peyediaan P bagi tanaman menunjukkan keterikatan khusus antara mikoriza dan status P tanah. Pada wilayah beriklim sedang konsentrasi P tanah yang tinggi menyebabkan menurunnya infeksi MVA yang mungkin disebabkan konsentrasi P internal yang tinggi dalam jaringan inang (Santosa, 1989).
Hayman (1975) dala Atmaja (2001) mengadakan studi yang mendalam mengenai pemupukan N dan P terhadap MVA pada tanah di wilayah beriklim sedang. Pemupukkan N (188 kg N/ha) berpengaruh buruk terhadap populasi MVA. Petak yang tidak dipupuk mengandung jumlah spora 2 hingga 4 kali lebih banyak dan berderajat infeksi 2 hingga 4 kali lebih tinggi dibandingkan petak yang menerima pemupukkan. Hayman mengamati bahwa pemupukkan N lebih berpengaruh daripada pemupukkan P, tetapi peneliti lain mendapatkan keduanya memiliki pengaruh yang sama.

6. Logam berat dan unsur lain
Pada percobaan dengan menggunakan tiga jenis tanah dari wilayah iklim sedang didapatkan bahwa pengaruh menguntungkan karena adanya MVA menurun dengan naiknya kandungan Al dalam tanah. Aluminium diketahui menghambat muncul jika ke dalam larutan tanah ditambahkan kalsium (Ca). Jumlah Ca didalam larutan tanah rupa-rupanya mempengaruhi perkembangan MVA. Tanaman yang ditumbuhkan pada tanah yang memiliki derajat infeksi MVA yang rendah. Hal ini mungkin karena peran Ca2+ dalam memelihara integritas membran sel.
Beberapa spesies MVA diketahui mampu beradaptasi dengan tanah yang tercemar seng (Zn), tetapi sebagian besar spesies MVA peka terhadap kandungan Zn yang tinggi. Pada beberapa penelitian lain diketahui pula bahwa strain-strain cendawan MVA tertentu toleran terhadap kandungan Mn, Al dan Na yang tinggi.

7. Fungisida
Fungisida merupakan racun kimia yang diracik untuk membunuh cendawan penyebab penyakit pada tanaman, akan tetapi selain membunuh cendawan penyebab penyakit fungisida juga dapat membunuh mikoriza, dimana pemakainan fungisida ini menurunkan pertumbuhan dan kolonisasi serta kemampuan mikoriza dalam menyerap P.


Gambar 1 Mikoriza
Beberapa manfaat yang dapat diperoleh tanaman inang dari adanya asosiasi mikoriza adalah sebagai berikut (Rahayu dan Akbar, 2003):
- Meningkatkan penyerapan unsur hara
Tanaman yang bermikoriza biasanya tumbuh lebih baik dari pada yang tidak bermikoriza, dapat meningkatkan penyerapan unsur hara makro dan beberapa unsure hara mikro. Selain itu akar tanaman yang bermikoriza dapat menyerap unsure hara dalam bentuk terikat dan tidak tersedia untuk tanaman (Serrano, 1985 dalam Suhardi, 1992 dalam Rahayu dan Akbar, 2003).
De la Cruz (1981) dalam Atmaja (2001) melaporkan lebih banyak lagi unsure hara yang serapannya meningkat dari adanya mikoriza. Unsure hara yang meningkat penyerapannya adalah N, P, K, Ca, Mg, Fe, Cu, Mn dan Zn. Hubungan antara MVA dengan organisme tanah tidak bias diabaikan, karena secara bersama-sama keduanya membantu pertumbuhan tanaman.
- Tahan terhadap serangan pathogen
Mikoriza dapat berfungsi sebagai pelindung biologi bagi terjadinya infeksi patogen akar. Mekanisme perlindungan ini bias diterangkan sebagai berikut:
☺ adanya lapisan hifa (mantel) dapat berfungsi sebagai pelindung fisik untuk masuknya pathogen
☺ mikoriza menggunakan hampir semua kelebihan karbohidrat dan eksudat akar lainnya, sehinga tidak cocok bagi patogen.
☺ fungi mikoriza dapat melepaskan antibiotik yang dapat menghambat perkembangan patogen.
- Sebagai konservasi tanah
Fungi mikoriza yang berasosiasi dengan akar berperan dalam konservasi tanah, hifa tersebut sebagai kontributor untuk menstabilkan pembentukan struktur agregat tanah dengan cara mengikat agregat-agregat tanah dan bahan organic tanah.
- Mikoriza dapat memproduksi hormon dan zat pengatur tumbuh
Fungi mikoriza dapat memberikan hormon seperti auxin, sitokinin, giberellin, juga zat pengatur tumbuh seperti vitamin kepada inangnya.
- Sebagai sumber pembuatan pupuk biologis.
-Fungi ini dapat diisolasi, dimurnikan dan diperbanyak dalam biakan monnesenil.
- Isolat-isolat tersebut dapat dikemas dalam bentuk inokulum dan sebagai sumber material pembuat pupuk biologis yang dapat beradaptasi pada kondisi daerah setempat (Setiadi, 1994).
- Sinergis dengan mikroorganisme lain
Keberadaan mikoriza juga bersifat sinergis denagn mikroba potensial lainnya seperti bakteri penambat N dan bakteri pelarut fosfat.
- Mempertahankan keanekaragaman tumbuhan
Fungi mikoriza berperan dalam mempertahankan stabilitas keanekaragaman tumbuhan dengan cara transfer nutrisi dari satu akar tumbuhan ke akar tumbuhan lainnya yang berdekatan melalui struktur yang disebut Bridge Hypae.
            Dalam kaitan dengan pertumbuhan tanaman, Plencette et al dalam Munyanziza et al (1997) mengusulkan suatu formula yang dikenal dengan istilah "relatif field mycorrhizal depedency" (RFMD) :
RFMD =     [ (BK. tanaman bermikoriza - BK. tanaman tanpa mikoriza) / BK. Tanaman tanpa mikoriza ] x 100 %  
            Namun demikian, respon tanaman tidak hanya ditentukan oleh karakteristik tanaman dan cendawan, tapi juga oleh kondisi tanah dimana percobaan dilakukan. Efektivitas mikoriza dipengaruhi oleh faktor lingkungan tanah yang meliputi faktor abiotik (konsentrasi hara, pH, kadar air, temperatur, pengolahan tanah dan penggunaan pupuk/pestisida) dan faktor biotik (interaksi mikrobial, spesies cendawan, tanaman inang, tipe perakaran tanaman inang, dan kompetisi antar cendawan mikoriza). Adanya kolonisasi mikoriza tapi respon tanaman yang rendah atau tidak ada sama sekali menunjukkan bahwa cendawan mikoriza lebih bersifat parasit (Solaiman dan Hirata, 1995).
Perbaikan Struktur Tanah. Cendawan mikoriza melalui jaringan hipa eksternal dapat memperbaiki dan memantapkan struktur tanah. Sekresi senyawa-senyawa polisakarida, asam organik dan lendir oleh jaringan hipa eksternal yang mampu mengikat butir-butir primer menjadi agregat mikro. "Organic binding agent" ini sangat penting artinya dalam stabilisasi agregat mikro. Kemudian agregat mikro melalui proses "mechanical binding action" oleh hipa eksternal akan membentuk agregat makro yang mantap. Wright dan Uphadhyaya (1998) mengatakan bahwa cendawan VAM mengasilkan senyawa glycoprotein glomalin yang sangat berkorelasi dengan peningkatan kemantapan agregat. Konsentrasi glomalin lebih tinggi ditemukan pada tanah-tanah yang tidak diolah dibandingkan dengan yang diolah. Glomalin dihasilkan dari sekresi hipa eksternal bersama enzim-enzim dan senyawa polisakarida lainnya. Pengolahan tanah menyebabkan rusaknya jaringan hipa sehingga sekresi yang dihasilkan sangat sedikit.
Pembentukan struktur yang mantap sangat penting artinya terutama pada tanah dengan tekstur berliat atau berpasir. Thomas et al (1993) menyatakan bahwa cendawan VAM pada tanaman bawang di tanah bertekstur lempung liat berpasir secara nyata menyebabkan agregat tanah menjadi lebih baik, lebih berpori dan memiliki permeabilitas yang tinggi, namun tetap memiliki kemampuan memegang air yang cukup untuk menjaga kelembaban tanah.. Struktur tanah yang baik akan meningkatkan aerasi dan laju infiltrasi serta mengurangi erosi tanah, yang pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan tanaman. Dengan demikian mereka beranggapan bahwa cendawan mikoriza bukan hanya simbion bagi tanaman, tapi juga bagi tanah.
Serapan Air dan Hara. Jaringan hipa ekternal dari mikoriza akan memperluas bidang serapan air dan hara. Disamping itu ukuran hipa yang lebih halus dari bulu-bulu akar memungkinkan hipa bisa menyusup ke pori-pori tanah yang paling kecil (mikro) sehingga hipa bisa menyerap air pada kondisi kadar air tanah yang sangat rendah (Killham, 1994). Serapan air yang lebih besar oleh tanaman bermikoriza, juga membawa unsur hara yang mudah larut dan terbawa oleh aliran masa seperti N, K dan S. sehingga serapan unsur tersebut juga makin meningkat. Disamping serapan hara melalui aliran masa, serapan P yang tinggi juga disebabkan karena hipa cendawan juga mengeluarkan enzim phosphatase yang mampu melepaskan P dari ikatan-ikatan spesifik, sehingga tersedia bagi tanaman.
Mikorisa juga diketahui berinteraksi sinergis dengan bakteri pelarut fosfat atau bakteri pengikat N. Inokulasi bakteri pelarut fosfat (PSB) dan mikorisa dapat meningkatkan serapan P oleh tanaman tomat (Kim et al,1998) dan pada tanaman gandum (Singh dan Kapoor, 1999). Adanya interaksi sinergis antara VAM dan bakteri penambat N2 dilaporkan oleh Azcon dan Al-Atrash (1997) bahwa pembentukan bintil akar meningkat bila tanaman alfalfa diinokulasi dengan Glomus moseae. Sebaliknya kolonisasi oleh jamur mikoriza meningkat bila tanaman kedelai juga diinokulasi dengan bakteri penambat N, B. japonicum.
Proteksi Dari Patogen dan Unsur Toksik. Mikoriza dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman melalui perlindungan tanaman dari patogen akar dan unsur toksik. Imas et al (1993) menyatakan bahwa struktur mikoriza dapat berfungsi sebagai pelindung biologi bagi terjadinya patogen akar. Mekanisme perlindungan dapat diterangkan sebagai berikut :
  1. Adanya selaput hipa (mantel) dapat berfungsi sebagai barier masuknya patogen.
  2. Mikoriza menggunakan hampir semua kelebihan karbohidrat dan eksudat lainnya, sehingga tercipta lingkungan yang tidak cocok untuk patogen.
  3. Cendawan mikoriza dapat mengeluarkan antibiotik yang dapat mematikan patogen.
  4. Akar tanaman yang sudah diinfeksi cendawan mikoriza, tidak dapat diinfeksi oleh cendawan patogen yang menunjukkan adanya kompetisi.
            Namun demikian tidak selamanya mikoriza memberikan pengaruh yang menguntungkan dari segi patogen. Pada tanaman tertentu, adanya mikoriza menarik perhatian zoospora Phytopthora, sehingga tanaman menjadi lebih peka terhadap penyakit busuk akar.
Mikoriza juga dapat melindungi tanaman dari ekses unsur tertentu yang bersifat racun seperti logam berat (Killham, 1994). Mekanisme perlindungan terhadap logam berat dan unsur beracun yang diberikan mikorisa dapat melalui efek filtrasi, menonaktifkan secara kimiawi atau penimbunan unsur tersebut dalam hipa cendawan. Khan (1993) menyatakan bahwa VAM dapat terjadi secara alami pada tanaman pioneer di lahan buangan limbah industri, tailing tambang batubara, atau lahan terpolusi lainnya. Inokulasi dengan inokulan yang cocok dapat mempercepat usaha penghijauan kembali tanah tercemar unsur toksik.