Orang-orang menjadi begitu luar biasa ketika mereka mulai berpikir bahwa mereka bisa melakukan sesuatu. Saat mereka percaya pada diri mereka sendiri, mereka memiliki rahasia kesuksesan yang pertama (Norman Vincent Peale)

Pageviews last month

Search This Blog

Thursday 23 February 2012

Mikoriza (Interaksi Jamur dengan Akar Tanaman)


          Mikoriza adalah suatu bentuk asosiasi simbiotik antara akar tumbuhan tingkat tinggi dan miselium cendawan tertentu. Nama mikoriza pertama kali dikemukakan oleh ilmuwan Jerman Frank pada tanggal 17 April 1885. Tanggal ini kemudian disepakati oleh para pakar sebagai titik awal sejarah mikoriza. Nuhamara (1993) mengatakan bahwa mikoriza adalah suatu struktur yang khas yang mencerminkan adanya interaksi fungsional yang saling menguntungkan antara suatu autobion/tumbuhan tertentu dengan satu atau lebih galur mikobion dalam ruang dan waktu. Struktur yang terbentuk dari asosiasi ini tersusun secara beraturan dan memperlihatkan spektrum yang sangat luas, baik dalam hal tanaman inang, jenis cendawan maupun penyebaranya. Mikorisa tersebar dari artictundra sampai ke daerah tropis dan dari daerah bergurun pasir sampai ke hutan hujan yang melibatkan 80% jenis tumbuhan yang ada.
            Berdasarkan struktur tubuh dan cara infeksi terhadap tanaman inang, mikoriza dapat digolongkan menjadi 2 kelompok besar (tipe) yaitu ektomikoriza dan endomikoriza (Rao, 1994). Namun ada juga yang membedakan menjadi 3 kelompok dengan menambah jenis ketiga yaitu peralihan dari 2 bentuk tersebut yang disebut ektendomikoriza. Pola asosiasi antara cendawan dengan akar tanaman inang menyebabkan terjadinya perbedaan morfologi akar antara ektomikoriza dengan endomikoriza. Pada ektomikoriza, jaringan hipa cendawan tidak sampai masuk kedalam sel tapi berkembang diantara sel kortek akar membentuk "hartig net dan mantel dipermukaan akar. Sedangkan endomikoriza, jaringan hipa cendawan masuk kedalam sel kortek akar dan membentuk struktur yang khas berbentuk oval yang disebut vesicle dan sistem percabangan hipa yang disebut arbuscule, sehingga endomikoriza disebut juga vesicular-arbuscular micorrhizae (VAM)
   Kondisi lingkungan tanah yang cocok untuk perkecambahan biji juga cocok untuk perkecambahan spora mikoriza. Demikian pula kindisi edafik yang dapat mendorong pertumbuhan akar juga sesuai untuk perkembangan hifa. Jamu mikoriza mempenetrasi epidermis akar melalui tekanan mekanis dan aktivitas enzim, yang selanjutnya tumbuh menuju korteks. Pertumbuhan hifa secara eksternal terjadi jika hifa internal tumbuh dari korteks melalui epidermis. Pertumbuhan hifa secara eksternal tersebut terus berlangsung sampai tidak memungkinnya untuk terjadi pertumbuhan lagi. Bagi jamur mikoriza, hifa eksternal berfungsi mendukung funsi reproduksi serta untuk transportasi karbon serta hara lainnya kedalam spora, selain fungsinya untuk menyerap unsur hara dari dalam tanah untuk digunakan oleh tanaman (Pujianto, 2001)
Atmaja (2001) mengatakan bahwa pertumbuhan Mikoriza sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti:
1. Suhu
Suhu yang relatif tinggi akan meningkatka aktifitas cendawan. Untuk daerah tropika basah, hal ini menguntungkan. Proses perkecambahan pembentukkan MVA melalui tiga tahap yaitu perkecambahan spora di tanah, penetrasi hifa ke dalam sel akar dan perkembangan hifa didalam konteks akar. Suhu optimum untuk perkecambahan spora sangat beragam tergantung jenisnya. Beberapa Gigaspora yang diisolasi dari tanah Florida, diwilayah subtropika mengalami perkecambahan paling baik pada suhu 34°C, sedangkan untuk spesies Glomus yang berasal dari wilayah beriklim dingin, suhu optimal untuk perkecambahan adalah 20°C. Penetrasi dan perkecambahan hifa diakar peka pula terhadap suhu tanah. Pada umumnya infeksi oleh cendawan MVA meningkat dengan naiknya suhu. Schreder (1974) dalam Atmaja (2001) menemukan bahwa infeksi maksimum oleh spesies Gigaspora yang diisolasi dari tanah Florida terjadi pada suhu 30-33°C. Suhu yang tinggi pada siang hari (35°C) tidak menghambat perkembangan dan aktivitas fisiologis MVA. Peran mikoriza hanya menurun pada suhu diatas 40°C. Suhu bukan merupakan faktor pembatas utama dari aktifitas MVA. Suhu yang sangat tinggi berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman inang. MVA mungkin lebih mampu bertahan terhadap suhu tinggi pada tanah bertekstur berat dari pada di tanah berpasir.
2. Kadar air tanah
Untuk tanaman yang tumbuh didaerah kering, adanya MVA menguntungkan karena dapat meningkatkan kemampuan tanaman untuk tumbuh dan bertahan pada kondisi yang kurang air (Vesser et el,1984dalam Pujianto, 2001). Adanya MVA dapat memperbaiki dan meningkatkan kapasitas serapan air tanaman inang. Ada beberapa dugaan mengapa tanaman bermikoriza lebih tahan terhadap kekeringan diantaranya adalah:
-  adanya mikoriza resitensi akar terhadap gerakan air menurun sehingga transfer iar ke akar meningkat.
-  Tanaman kahat P lebih peka terhadap kekeringan, adanya MVA menyebabkan status P tanaman meningkat sehingga menyebabkan daya tahan terhadap kekeringan meningkat pula.
- Adanya hifa eksternal menyebabkan tanaman ber-MVA lebih mampu mendapatkan air daripada yang tidak ber-MVA tetapi jika mekanisme ini yang terjadi berarti kandungan logam-logam lebih cepat menurun. Penemuan akhir-akhir ini yang menarik adanya hubungan antara potensial air tanah dan aktifitas mikoriza. Pada tanaman bermikoriza jumlah air yang dibutuhkan untuk memproduksi 1gram bobot kering tanaman lebih sedikit daripada tanaman yang tidak bermikoriza.
-   Tanaman mikoriza lebih tahan terhadap kekeringan karena pemakaian air yang lebih ekonomis.
-   Pengaruh tidak langsung karena adanya miselin eksternal menyebabkan MVA efektif didalam mengagregasi butir-butir tanah sehingga kemampuan tanah menyimpan air meningkat.
3. pH tanah
Cendawan pada umumnya lebih tahan lebih tahan terhadap perubahan pH tanah. Meskipun demikian daya adaptasi masing-masing spesies cendawan MVA terhadap pH tanah berbeda-beda, karena pH tanah mempengaruhi perkecambahan, perkembangan dan peran mikoriza terhadap pertumbuhan tanaman. Glomus fasciculatus berkembang biak pada pH masam. Pengapuran menyebabkan perkembangan G. fasciculatus menurun (Mosse, 1981 dalam Atmaja, 2001). Demikian pula peran G.fasciculatus di dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman pada tanah masam menurun akibat pengapuran (Santoso, 1985). Pada pH 5,1 dan 5,9 G. fasciculatus menampakkan pertumbuhan yang terbesar, G. fasciculatus memperlihatkan pengaruh yang lebih besar terhadap pertumbuhan tanaman justru kalau pH 5,1 G. Mosseae memberikan pengaruh terbesar pada pH netral sampai alkalis (pH 6,0-8,1).
Perubahan pH tanah melalui pengapuran biasanya berdampak merugikan bagi perkembangan MVA asli yang hidup pada tanah tersebut sehingga pembentukan mikoriza menurun (Santosa, 1989). Untuk itu tindakan pengapuran dibarengi tindakan inokulasi dengan cendawan MVA yang cocok agar pembentukan mikoriza terjamin.
4. Bahan organik
Bahan organic merupakan salah satu komponen penyusun tanah yang penting disamping air dan udara. Jumlah spora MVA tampaknya berhubungan erat dengan kandungan bahan organic didalam tanah. Jumlah maksimum spora ditemukan pada tanah-tanah yang mengandung bahan organic 1-2 persen sedangkan pada tanah-tanah berbahan organic kurang dari 0,5 persen kandungan spora sangat rendah (Pujianto, 2001). Residu akar mempengaruhi ekologi cendawan MVA, karena serasah akar yang terinfeksi mikoriza merupakan sarana penting untuk mempertahankan generasi MVA dari satu tanaman ke tanaman berikutnya. Serasah akar tersebut mengandung hifa,vesikel dan spora yang dapat menginfeksi MVA. Disamping itu juga berfungsi sebagai inokulasi untuk tanaman berikutnya.
5. Cahaya dan ketersediaan hara
Bjorman dalam Gardemann (1983) dalam Atmaja (2001) menyimpukan bahwa dalam intensitas cahaya yang tinggi kekahatan sedang nitrogen atau fosfor akan meningkatkan jumlah karbohidrat di dalam akar sehingga membuat tanaman lebih peka terhadap infeksi cendawan MVA. Derajat infeksi terbesar terjadi pada tanah-tanah yang mempunyai kesuburan yang rendah. Pertumbuhan perakaran yang sangat aktif jarang terinfeksi oleh MVA. Jika pertumbuhan dan perkembangan akar menurun infeksi MVA meningkat.
Peran mikoriza yang erat dengan peyediaan P bagi tanaman menunjukkan keterikatan khusus antara mikoriza dan status P tanah. Pada wilayah beriklim sedang konsentrasi P tanah yang tinggi menyebabkan menurunnya infeksi MVA yang mungkin disebabkan konsentrasi P internal yang tinggi dalam jaringan inang (Santosa, 1989).
Hayman (1975) dala Atmaja (2001) mengadakan studi yang mendalam mengenai pemupukan N dan P terhadap MVA pada tanah di wilayah beriklim sedang. Pemupukkan N (188 kg N/ha) berpengaruh buruk terhadap populasi MVA. Petak yang tidak dipupuk mengandung jumlah spora 2 hingga 4 kali lebih banyak dan berderajat infeksi 2 hingga 4 kali lebih tinggi dibandingkan petak yang menerima pemupukkan. Hayman mengamati bahwa pemupukkan N lebih berpengaruh daripada pemupukkan P, tetapi peneliti lain mendapatkan keduanya memiliki pengaruh yang sama.

6. Logam berat dan unsur lain
Pada percobaan dengan menggunakan tiga jenis tanah dari wilayah iklim sedang didapatkan bahwa pengaruh menguntungkan karena adanya MVA menurun dengan naiknya kandungan Al dalam tanah. Aluminium diketahui menghambat muncul jika ke dalam larutan tanah ditambahkan kalsium (Ca). Jumlah Ca didalam larutan tanah rupa-rupanya mempengaruhi perkembangan MVA. Tanaman yang ditumbuhkan pada tanah yang memiliki derajat infeksi MVA yang rendah. Hal ini mungkin karena peran Ca2+ dalam memelihara integritas membran sel.
Beberapa spesies MVA diketahui mampu beradaptasi dengan tanah yang tercemar seng (Zn), tetapi sebagian besar spesies MVA peka terhadap kandungan Zn yang tinggi. Pada beberapa penelitian lain diketahui pula bahwa strain-strain cendawan MVA tertentu toleran terhadap kandungan Mn, Al dan Na yang tinggi.

7. Fungisida
Fungisida merupakan racun kimia yang diracik untuk membunuh cendawan penyebab penyakit pada tanaman, akan tetapi selain membunuh cendawan penyebab penyakit fungisida juga dapat membunuh mikoriza, dimana pemakainan fungisida ini menurunkan pertumbuhan dan kolonisasi serta kemampuan mikoriza dalam menyerap P.


Gambar 1 Mikoriza
Beberapa manfaat yang dapat diperoleh tanaman inang dari adanya asosiasi mikoriza adalah sebagai berikut (Rahayu dan Akbar, 2003):
- Meningkatkan penyerapan unsur hara
Tanaman yang bermikoriza biasanya tumbuh lebih baik dari pada yang tidak bermikoriza, dapat meningkatkan penyerapan unsur hara makro dan beberapa unsure hara mikro. Selain itu akar tanaman yang bermikoriza dapat menyerap unsure hara dalam bentuk terikat dan tidak tersedia untuk tanaman (Serrano, 1985 dalam Suhardi, 1992 dalam Rahayu dan Akbar, 2003).
De la Cruz (1981) dalam Atmaja (2001) melaporkan lebih banyak lagi unsure hara yang serapannya meningkat dari adanya mikoriza. Unsure hara yang meningkat penyerapannya adalah N, P, K, Ca, Mg, Fe, Cu, Mn dan Zn. Hubungan antara MVA dengan organisme tanah tidak bias diabaikan, karena secara bersama-sama keduanya membantu pertumbuhan tanaman.
- Tahan terhadap serangan pathogen
Mikoriza dapat berfungsi sebagai pelindung biologi bagi terjadinya infeksi patogen akar. Mekanisme perlindungan ini bias diterangkan sebagai berikut:
☺ adanya lapisan hifa (mantel) dapat berfungsi sebagai pelindung fisik untuk masuknya pathogen
☺ mikoriza menggunakan hampir semua kelebihan karbohidrat dan eksudat akar lainnya, sehinga tidak cocok bagi patogen.
☺ fungi mikoriza dapat melepaskan antibiotik yang dapat menghambat perkembangan patogen.
- Sebagai konservasi tanah
Fungi mikoriza yang berasosiasi dengan akar berperan dalam konservasi tanah, hifa tersebut sebagai kontributor untuk menstabilkan pembentukan struktur agregat tanah dengan cara mengikat agregat-agregat tanah dan bahan organic tanah.
- Mikoriza dapat memproduksi hormon dan zat pengatur tumbuh
Fungi mikoriza dapat memberikan hormon seperti auxin, sitokinin, giberellin, juga zat pengatur tumbuh seperti vitamin kepada inangnya.
- Sebagai sumber pembuatan pupuk biologis.
-Fungi ini dapat diisolasi, dimurnikan dan diperbanyak dalam biakan monnesenil.
- Isolat-isolat tersebut dapat dikemas dalam bentuk inokulum dan sebagai sumber material pembuat pupuk biologis yang dapat beradaptasi pada kondisi daerah setempat (Setiadi, 1994).
- Sinergis dengan mikroorganisme lain
Keberadaan mikoriza juga bersifat sinergis denagn mikroba potensial lainnya seperti bakteri penambat N dan bakteri pelarut fosfat.
- Mempertahankan keanekaragaman tumbuhan
Fungi mikoriza berperan dalam mempertahankan stabilitas keanekaragaman tumbuhan dengan cara transfer nutrisi dari satu akar tumbuhan ke akar tumbuhan lainnya yang berdekatan melalui struktur yang disebut Bridge Hypae.
            Dalam kaitan dengan pertumbuhan tanaman, Plencette et al dalam Munyanziza et al (1997) mengusulkan suatu formula yang dikenal dengan istilah "relatif field mycorrhizal depedency" (RFMD) :
RFMD =     [ (BK. tanaman bermikoriza - BK. tanaman tanpa mikoriza) / BK. Tanaman tanpa mikoriza ] x 100 %  
            Namun demikian, respon tanaman tidak hanya ditentukan oleh karakteristik tanaman dan cendawan, tapi juga oleh kondisi tanah dimana percobaan dilakukan. Efektivitas mikoriza dipengaruhi oleh faktor lingkungan tanah yang meliputi faktor abiotik (konsentrasi hara, pH, kadar air, temperatur, pengolahan tanah dan penggunaan pupuk/pestisida) dan faktor biotik (interaksi mikrobial, spesies cendawan, tanaman inang, tipe perakaran tanaman inang, dan kompetisi antar cendawan mikoriza). Adanya kolonisasi mikoriza tapi respon tanaman yang rendah atau tidak ada sama sekali menunjukkan bahwa cendawan mikoriza lebih bersifat parasit (Solaiman dan Hirata, 1995).
Perbaikan Struktur Tanah. Cendawan mikoriza melalui jaringan hipa eksternal dapat memperbaiki dan memantapkan struktur tanah. Sekresi senyawa-senyawa polisakarida, asam organik dan lendir oleh jaringan hipa eksternal yang mampu mengikat butir-butir primer menjadi agregat mikro. "Organic binding agent" ini sangat penting artinya dalam stabilisasi agregat mikro. Kemudian agregat mikro melalui proses "mechanical binding action" oleh hipa eksternal akan membentuk agregat makro yang mantap. Wright dan Uphadhyaya (1998) mengatakan bahwa cendawan VAM mengasilkan senyawa glycoprotein glomalin yang sangat berkorelasi dengan peningkatan kemantapan agregat. Konsentrasi glomalin lebih tinggi ditemukan pada tanah-tanah yang tidak diolah dibandingkan dengan yang diolah. Glomalin dihasilkan dari sekresi hipa eksternal bersama enzim-enzim dan senyawa polisakarida lainnya. Pengolahan tanah menyebabkan rusaknya jaringan hipa sehingga sekresi yang dihasilkan sangat sedikit.
Pembentukan struktur yang mantap sangat penting artinya terutama pada tanah dengan tekstur berliat atau berpasir. Thomas et al (1993) menyatakan bahwa cendawan VAM pada tanaman bawang di tanah bertekstur lempung liat berpasir secara nyata menyebabkan agregat tanah menjadi lebih baik, lebih berpori dan memiliki permeabilitas yang tinggi, namun tetap memiliki kemampuan memegang air yang cukup untuk menjaga kelembaban tanah.. Struktur tanah yang baik akan meningkatkan aerasi dan laju infiltrasi serta mengurangi erosi tanah, yang pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan tanaman. Dengan demikian mereka beranggapan bahwa cendawan mikoriza bukan hanya simbion bagi tanaman, tapi juga bagi tanah.
Serapan Air dan Hara. Jaringan hipa ekternal dari mikoriza akan memperluas bidang serapan air dan hara. Disamping itu ukuran hipa yang lebih halus dari bulu-bulu akar memungkinkan hipa bisa menyusup ke pori-pori tanah yang paling kecil (mikro) sehingga hipa bisa menyerap air pada kondisi kadar air tanah yang sangat rendah (Killham, 1994). Serapan air yang lebih besar oleh tanaman bermikoriza, juga membawa unsur hara yang mudah larut dan terbawa oleh aliran masa seperti N, K dan S. sehingga serapan unsur tersebut juga makin meningkat. Disamping serapan hara melalui aliran masa, serapan P yang tinggi juga disebabkan karena hipa cendawan juga mengeluarkan enzim phosphatase yang mampu melepaskan P dari ikatan-ikatan spesifik, sehingga tersedia bagi tanaman.
Mikorisa juga diketahui berinteraksi sinergis dengan bakteri pelarut fosfat atau bakteri pengikat N. Inokulasi bakteri pelarut fosfat (PSB) dan mikorisa dapat meningkatkan serapan P oleh tanaman tomat (Kim et al,1998) dan pada tanaman gandum (Singh dan Kapoor, 1999). Adanya interaksi sinergis antara VAM dan bakteri penambat N2 dilaporkan oleh Azcon dan Al-Atrash (1997) bahwa pembentukan bintil akar meningkat bila tanaman alfalfa diinokulasi dengan Glomus moseae. Sebaliknya kolonisasi oleh jamur mikoriza meningkat bila tanaman kedelai juga diinokulasi dengan bakteri penambat N, B. japonicum.
Proteksi Dari Patogen dan Unsur Toksik. Mikoriza dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman melalui perlindungan tanaman dari patogen akar dan unsur toksik. Imas et al (1993) menyatakan bahwa struktur mikoriza dapat berfungsi sebagai pelindung biologi bagi terjadinya patogen akar. Mekanisme perlindungan dapat diterangkan sebagai berikut :
  1. Adanya selaput hipa (mantel) dapat berfungsi sebagai barier masuknya patogen.
  2. Mikoriza menggunakan hampir semua kelebihan karbohidrat dan eksudat lainnya, sehingga tercipta lingkungan yang tidak cocok untuk patogen.
  3. Cendawan mikoriza dapat mengeluarkan antibiotik yang dapat mematikan patogen.
  4. Akar tanaman yang sudah diinfeksi cendawan mikoriza, tidak dapat diinfeksi oleh cendawan patogen yang menunjukkan adanya kompetisi.
            Namun demikian tidak selamanya mikoriza memberikan pengaruh yang menguntungkan dari segi patogen. Pada tanaman tertentu, adanya mikoriza menarik perhatian zoospora Phytopthora, sehingga tanaman menjadi lebih peka terhadap penyakit busuk akar.
Mikoriza juga dapat melindungi tanaman dari ekses unsur tertentu yang bersifat racun seperti logam berat (Killham, 1994). Mekanisme perlindungan terhadap logam berat dan unsur beracun yang diberikan mikorisa dapat melalui efek filtrasi, menonaktifkan secara kimiawi atau penimbunan unsur tersebut dalam hipa cendawan. Khan (1993) menyatakan bahwa VAM dapat terjadi secara alami pada tanaman pioneer di lahan buangan limbah industri, tailing tambang batubara, atau lahan terpolusi lainnya. Inokulasi dengan inokulan yang cocok dapat mempercepat usaha penghijauan kembali tanah tercemar unsur toksik. 

Sunday 19 February 2012

Cilliata (Hewan Berambut Getar)


Ciri-ciri:
·  Ciliata (latin, cilia = rambut kecil) atau Ciliophora/Infosoria bergerak dengan cilia (rambut getar).
  •  Sebagian besar Ciliata berukuran mikroskopis, tetapi sepesies yang terbesar berukuran 3 mm sehingga dapat dilihat dengan mata telanjang.
·     Cilia terdapat pada seluruh permukaan sel atau hanya pada bagian tertentu.
·  Cilia membantu pergerakan makanan ke sitostoma. Makanan yang terkumpul di sitostoma akan dilanjutkan ke sitofaring. Apabila telah penuh, makanan akan masuk ke sitoplasma dengan membentuk vakuola makanan.
·      Bentuk tubuhnya tetap tidak berubah-ubah, oval.
·   Sel Ciliata memiliki dua inti: makronucle dan mikronuclei. Makronukleus memiliki fungsi vegetatif. Mikronukleus memiliki fungsi reproduktif, yaitu pada konjugasi.
·   Ciliata hidup bebas dilingkungan berair, baik air tawar maupun laut dan banyak yang mengandung bahan organik.
·    Ciliata dapat hidup secara baik parasit maupun simbiosis dan ada pula yang hidupnya bebas di alam.


Struktur Tubuh Ciliata
  1. Kebanyakan ciliata berbentuk asimetris kecuali primitif, simetrinya radial.
  2. Tubuhnya diperkuat oleh pelikel, yaitu lapisan luar yang tersusun dari sitoplasam padat.
  3. Tubuhnya diselimuti oleh Silia. Silia yang menyelubungi seluruh permukaan tubuh utama disebut silia somatic.
  4. Ciliata mempunyai dua tipe inti (Nukleus), yaitu makronukleus (inti besar) diperlukan untuk pertumbuhan dan perkemabangbiakan, dan mikronukleus (inti kecil) merupakana bahan inti yang dipertukarkan selam konjungsi.
  5. Ciliata mempunyai organel yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan air dalam tubuhnya, yaitu vakuola kontraktil.

Nutrisi dan Cara Makan

Ciliata memiliki mulut atau sitosom yang terbuka menjadai saluran pendek disitoplasam. Pada hewan primitive, mulut terletak di ujung anterior tetapi pada kebanyakan Ciliata bagain tersebut digantikan oleh bagian posterior.

Fungsi silia pada mulut ialah untuk menghasilkan aliran makanan dan mendorong partikel makanan menuju sitofaring. Contoh anggota Cilliata yang terkenal misalnya Paramaecium.

 Contoh dari Ciliata adalah Balantidium coliparasit pada babi dan dapat menyebabkan penyakit balantidiosis (disentri balantidium). , Vorticella, dan Paramecium caudatum, Nyctoterus ovalis yang hidup di dalam usus kecoa, 

Tuesday 14 February 2012

Sebuah Renungan


GARFIELD DARI OHIO


Dalam sebuah gubuk di perbatasan Ohio hidup seorang janda melarat
bersama anak laki-lakinya yang berusia 18 bulan. Anak itu tumbuh
subur dan beberapa tahun kemudian, ia sudah harus menebangi kayu dan
menanami sejengkal tanah dalam hutan yang dimiliki ibunya.

Walau demikian, ia selalu menyediakan waktu untuk belajar. Setiap jam
ia gunakan untuk belajar dari buku-buku yang dipinjamnya karena tidak
mampu membelinya. Ketika berusia enambelas tahun, dengan senang hati
ia bekerja sebagai seorang pengembala keledai di sepanjang kanal. Tak
lama kemudian ia menerima pekerjaan baru sebagai seorang tukang sapu
dan membunyikan lonceng di sekolah untuk membiayai sekolahnya.

Tahun pertama di Geanga Seminarie, ia cuma memperoleh 17 dolar. Lalu
ia bekerja pada seorang tukang kayu dengan bayaran 1 dolar seminggu.
Malam hari, bila sedang libur, ia bekerja lembur. Ia datang pada hari
Sabtu untuk menerima bayaran 1 dolar dan 2 sen. Musim dingin
selanjutnya ia mengajar dengan gaji 12 dolar.

Tak lama kemudian ia belajar di William College dan berhasil lulus
sebagai seorang dokter dengan gelar cum laude. Pada usia 26 tahun, ia
menjadi anggota Senat Amerika Serikat dan tujuh tahun kemudian
menjadi anggota Kongres.

James A. Garfield akhirnya menjadi Presiden Amerika Serikat.
Teladannya merupakan sumber inspirasi bagi siapa pun yang memulai
hidupnya dari dasar.

**********************
MOTTO: "Saya melewati hari ini hanya sekali; karenanya setiap
perbuatan baik yang dapat saya lakukan atau kebaikan apapun yang bisa
saya perbuat kepada siapapun, biarlah saya melakukannya sekarang.
Jangan biarkan saya mengabaikannya, karena pasti saya tidak akan
melewati hari ini lagi." (RSP).
**********************

Jalan Stremnaya yang Mengagumkan


Jalan Stremnaya  yang berarti 

Jalan Kematian



Jalan ini berada di Amerika Selatan di Bolivia,,, Check it out!!!!


















Setelah melihat jalan ini, apakah anda masih menggerutu terhadap kemacetan lalu lintas di kota anda????





Thursday 9 February 2012

Botulisme (Keracunan botulin)



Clostiridium botulinum merupakan bakteri anaerobik berspora,bahaya utama pada makanan kaleng karena dapat menyebabkan keracunan botulinin. Tanda-tanda keracunan botulinin antara lain tenggorokan kaku, mata berkunang-kunang, dan kejang-kejang yang menyebabkan kematian karena sukar bernapas. Bakteri ini menyerang sistem saraf. Biasanya bakteri ini tumbuh pada makanan kaleng yang tidak sempurna pengolahannya atau pada kaleng yang bocor, sehingga makanan di dalamnya terkontaminasi udara dari luar.Botulinin merupakan sebuah molekul protein dengan daya keracunan yang sangat kuat. Satu mikrogram botulinin sudah cukup mematikan manusia. Untungnya karena merupakan protein, botulinin bersifat termolabil dan dapat diinaktifkan dengan pemanasan pada suhu 80 derajat Celsius selama 30 menit. Garam dengan konsentrasi 8 persen atau lebih serta pH 4,5 atau kurang dapat menghambat pertumbuhan C. botulinum, sehingga produksi botulinin dapat dicegah. Spora C botulinum ini resisten terhadap panas dan perebusan, tetapi sebaliknya untuk toksin dari C botulinum ini sensitif terhadap panas dan hancur bila digodok.



Domain: Bacteria
Divisi: Firmicutes
Kelas: Clostridia
Ordo: Clostridiales
Famili: Clostridiaceae
Genus: Clostridium
Spesies: C. botulinum

Satu hal yang perlu mendapat perhatian untuk produk kemasan adalah proses yang, tidak sempurna dan kerusakan kemasan selama distribusi maupun penyimpanan. Hal itu sangat membahayakan karena patensial jadi tempat tumbuhnya mikroba patogen yang mematikan, salah satunya Clostiridium botulinum. Ciri-ciri makanan kalengg yang telah rusak, yaitu flipper, springer, soft swell, dan hard swell. Flipper dapat dicirikan permukaan kaleng kelihatan datar, tetapi bila salah satu ujung kaleng ditekan, ujung lainnya akan menjadi cembung.Springer dapat dicirikan dari salah satu ujung kaleng sudah cembung secara permanen. Bila ditekan, cembung akan bergerak ke arah yang berlawanan.Soft swell dicirikan dengan kedua ujung kaleng sudah cembung, tetapi belum begitu keras sehingga masih bisa ditekan sedikit ke dalam. Hard swell dicirikan dengan kedua ujung permukaan kaleng cembung dan sangat keras, sehingga tidak bisa ditekan ke dalam oleh ibu jari.Selain itu, masih ada flat sour, yakni permukaan kaleng tetap datar tetapi produknya sudah berbau asam yang menusuk. Hal itu disebabkan oleh aktivitas spora bakteri tahan panas yang tidak hancur selama proses sterilisasi.Berdasarkan tingkat keasaman produk, makanan kaleng terbagi atas makanan kaleng berasam rendah dan makanan kaleng berasam tinggi. Makanan kaleng berasam rendah memilik pH lebih dari 4,6. Produk pangan yang dikalengkan dengan kondisi tersebut adalah daging, seafood, susu, dan sayuran seperti asparagus, jagung, dan kacang hijau. Makanan kaleng berasam tinggi memiliki pH 4,6 atau kurang. Produk pangan yang dikalengkan dengan kondisi tersebut adalah buah-buahan dan sauerkraut.Kerusakan Makanan kaleng berasam berasam rendah dapat terdiri dari kebusukan flat sour {asama tanpa gas), kebusukan termofilik anaerobik dengan pengembungan kaleng dan kebusukan sulfida. Kebusukan flat sour disebabkan bakteri Bacillus stearothermophillus yang menyebabkan pH produk menurun.Kebusukan termofilik anaerobik disebabkan bakterl Clostiridium thermosaccharolyticum banyak memproduksi gas hidrogen dan CO2. Kebusukan ini menyebabkan produk pangan berbau keju dan kaleng terlibat kembung, kadang-kadang dapat meledak jika pengembungan sangat kuat. Kebusukan sulfida disebabkan bakteri anaerob pembentuk spora termofilik obligat, yaitu Desulfotomaculum nigrificans yang memproduksi H2S. Kebusukan ini menyebabkan kaleng tidak terlihat kembung, tetapi produk berwarna gelap dan berbau seperti telur busuk.Kerusakan makanan kaleng berasam tinggi disebabkan mikroba yang tumbuh pada pH di bawah 4,6 dan tahan panasseperti C. pasteurianum yang bersifat mesofilik, bakteri berspora pembentuk asam yang bersifat asidurik seperti Bacillus coagulans, kapang yang yang memproduksi askospora yang dapat tahan panas, seperti Byssochlamys fulva, dan khamir.

Metode Perkiraan Jumlah Terdekat (MPN)


Perkiraan jumlah terdekat (JPT) pada perhitungan bakteri didasarkan atas asumsi bahwa bakteri tersebar normal dalam medium cair, yang berarti bila diamati berulang-ulang sampel dengan takaran yang sama dari suatu sumber dapat diharapkan mengandung jumlah rata-rata yang sama, biarpun antara sampel yang satu sedikit lebih atau kurang dari pada yang lain. Jumlah rata-rata ini adalah jumlah perkiraan terdekat. Jika jumlah organism besar, perbedaan antara jumlah sampel akan menjadi kecil, hasil hitungan masing-masing sampel akan lebih mendekati rata-rata. Bila jumlah organism kecil perbedaan akan relatif besar (Usman, 1986).
Bila suatu cairan mengandung 100 organisme per 100 mL, maka sampel 10 mL akan mengandung rata-rata 10 organisme. Beberapa diantara sampe-sampel itu dapat mengandung lebih atau kurang, tetapi tidak mungkin ada sampel yang tidak mengandung bakteri sama sekali. Bila sampel-sampel ini ditanamdalam medium pembiakan, tiap sampel dapat diharapkan akan memperlihatkan pertumbuhan.
Demikian pula sampel-sampel 1 ml akan mengandun rata-rata masing-masing 1 organisme. Sampel-sampel 0,1 ml dapat diharapkan mengandung hanya satu organisme diantara sepuluh sampel, dan bila ditanam kebanyakan tidak memperlihatkan pertumbuhan.
Dalam metode MPN / JPT, pengenceran harus dilakukan lebih tinggi daripada pengenceran dalam hitungan cawan, sehingga beberapa tabung yang berisi medium cair yang di inokulasikan dengan larutan hasil pengenceran tersebut mengandung satu sel jasad renik, beberapa tabung mungkin mengandung lebih dari satu sel, sedangkan tabung lainnya tidak mengandung sel. Dengan demikian, setelah inkubasi diharapkan terjadi pertumbuhan pada beberapa tabung, yang dinyatakan sebagai tabung positf, sedangkan tabung lainnya negative ( Fardiaz, Srikandi. 1992).
Metode MPN biasanya digunakan untuk menghitung jumlah jasad renik didalam contoh yang berbentuk cair, meskipun dapat pula digunakan untuk contoh berbentuk padat dengan terlebih dahulu membuat suspense 1:10 dari contoh tersebut. Grup jasad renik yang dapat dihitung dengan metode MPN juga bervariasi tergantung dari medium yang digunakan untuk pertumbuhan
Air tanah mengandung zat-zat organik maupun zat-zat anorganik dan oleh karena itu merupakan tempat baik bagi kehidupan mikroorganisme. Mikroorganisme-mikroorganisme yang autotrof merupakan penghuni pertama dia dalam air yang mrngandung zat-zat anorganik. Sel-sel yang mati merupakan bahan organik yang memungkinkan kehidupan mikroorganisme-mikroorganisme yang heteotrof. Temperatur turut menentukan populasi dalam air. Temperatur sekitar 30 °C atau lebih sedikit baik sekali bagi kehidupan bakteri pathogen yang berasal dari hewan maupun manusia. Sinar matahari, terutama sinar ultraugunya , memang dapat mematikan bakteri, akan tetapi daya tembus sinar ultraungu ke dalam air tidak seberapa. (Dwidjoseputro, 1998). Contohnya bakteri golongan Coliform yang  merupakan bakteri yang dapat hidup hanya pada usus hewan mammalia termasuk manusia. Penyebaran kotoran baik manusia dan hewan yang tidak terkontrol dalam lingkungan perairan dapatmenyebabkan lingkungan perairan tercemar oleh bakteri ini. 
Kontaminasi yang mencemari air digolongkan kedalam tiga kategori yaitu kimiawi, fisik dan hayati. Kontominan-kontaminan tertentu dalam setiap kategori ini dapat mempengaruhi nyata terhadap kualitas air (Peclzar, 1986).
Kontaminan tersebut mempunyai potensi sebagai pembawa mikroorganisme patogenik sehingga air dapat membahayakan kesehatan dan kehidupan bagi manusia.Terdapat berbagai jenis penyakit yang bersumber dari air. Penyakit yang bersumber dari air disebabkan karena meminum air yang tercemar oleh mikroorganisme. Sebenarnya sumber infeksi tersebut bukan bersumber dai airnya, melainkan tinja yang berasal dari manusia tau hewan yang telah mencemari air tersebut. Tinja tersebut mengandung pathogen-patogen enterik bila bersumber dari orang yang sakit atau penular penyakit. Pemindahn organisme-organisme penyakit yang bersumber dari air tersebut dapat terjadi secra langsung daripada ini, contohnya pemindahan organisme dapat terjadi dari ekstreta penderita ke mulut orang lain lewat tangan atau benda-benda yang secara potensial tercemari mikroorganisme patogenik. Adapun penyakit-penyakit yang bersumber dari air yang tercemar oleh mikroorganisme yang pathogen antar lain :

  1. Demam tifoid
Merupakan penyakit menular yang akut dan disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Gejalanya seperti demam, perut gembung, sukar buang air besar, pusing, lesu, tidak bersemangat, susah buang air besar, lesu, mual dan muntah. Bakterinya dapat dijumpai dalam tinja baik Selma sekit maupun selama masa penyembuhan. Pencehannya yang dapat dilakukan yaitu dengan sanitsi yang baik, penular penyakit harus dikenali dan dicegah agar tidak menangani pengelolahan dan penanganan makanan

  1. Shigellosis
Lebih dikenal dengan disentri basilar yaiyu suatu reaksi peradangan akut saluran pencernaan yang disebabkan oleh bakteri golongan genus Shigella. Penyakit ini dapat menyebabkan kehilangan zat alir dan elektrolit seperti garam dan mineral.

  1. Kolera
Merupakan sutau penyaki akut yang disebabkan oleh enterotoksin yang dihasilkan oleh Vibrio cholerae yangmembentuk koloni di dalam usus kecil. Gejalanya meliputi muntah-muntah, buang air besar seperti air beras dalam jumlah yang banyak sehingga menyebabkan dehidrasi, kehilangan elektrolit dan naiknya keasaman darah. Bila tidak diobati penyakit tersebut dapat menyebaban kematian. Pencegahan yang dapat dilakukan yaitu menjaga kebersihan pribadi dengan baik, air yang digunakan untuk minum haruslah air bersih dan steril.

  1. Disentri ameba (amebiasis)
Merupakan penyakit pada manusia dan hewan-hewan lain yang disebabkan oleh amoeba jenis Entamoeba histolytica. Gejala-gejala seperti diare sewaktu-waktu sampai diare berat yang kadag-kadang mematikan. Pada kasus yang berat, mikroorganisme tersebut dapat menyerang selaput lender usus sehingga dapat meyebabkan luka. Pencegahannya dengan menjaga kebersihan lingkungan terutama air yang bersih.Organisme penyebab penykit-penyakit tersebut terdapat dalam tinja atau air seni orang yang menderita infeksi dan ketika dibuang dapat memasuki kumpulan air yang pada akhirnya berfungsi sebagai sumber air minum. Sejlan dengan hal tersebut maka harus ada prosedur untuk memeriksa air dan menetapkan kualitas mikroorgansimenya, metode pemurnian hari untuk menyediakan air minum yang aman dan fasilitas tempat pembersihan air sebelum dibuang dan digunakan. Pada pemeriksaan mikroorganisme terhadap air yang menentukan aman atau tidaknya untuk diminum dapat digunkan mikroorganisme indikator. Istilah tersebut sebgaiaman digunkan dalam analisis air mengacu pada sejenis mikroorganisme yang kehadirannya dalam air merupakan bukti bahwa air tercemar oleh bahan tinja manusia atau hewan-hewan berdarah panas. Artinya terdapat peluang bagi berbagai macam mikroorganisme patogenik, yang secara berkala terdapat dalam saluran pencernaan, untuk masuk ke dalam air tersebut. (Peclzar, 1986).
 Beberapa ciri penting suatu organisme indikator antara lain:
·           Terdapat dalam air tercemar dan tidak ada dalam air yng tidak tercemar.
·         Terdapat dalam air bila ada patogen.
·           Mempunyai kemampuan bertahan hidup yang lebih besar daripada patogen.
·         Jumlah mikroorganisme indikator berkolerasi dengan kadar polusi.
·         Mempunyai sifat yang seragam dan mantap.
·         Tidak berbahaya bagi manusia dan hewan.
·         Terdapat dalam jumlah yang lebih banyak daripada patogen.
·         Mudah dideteksi dengan teknik- teknik laboratorium yang sederhana.

Beberapa spesies atau kelompok bakteri telah dievaluasi untuk menentukan sesuai tidaknya untuk digunakan sebagai mikroorganoisme indicator. diantara organisme-organisme yang dipelajari yang hampir memenuhi semua persyaratan sebagai mikroorganisme indicator yang ideal yaitu bakteri golongan Coliform terutama Escherichia coli, bakteri tersebut dianggap sebgai indicator polusi tinja yang dapat diandalkan.Escherichia coli merupakan penghuni normal saluran pencernaan manusia dan hewan berdarah panas. Pada umumnya tidak patogenoik. Anggota lainnya kelompok Coliform adalah Ksebsiella pneumoniae yang tersebar luas dialam. Terdapat ditanah air, padi-padian, dan juga pada saluran pencernaan manusia dan hewan. Enterobacter aerogenes, sejenis bakteri Coliform yang terdapat pada saluran pencernaan manusia dan hewan berdarah panas, juga terdapat di tanah, air dan produk-produk diari. Coliform sebagai suatu kelompok dicirikan sebagai dicirikan sebagai baktri berbentuk batang gram negative, tidak membentuk spora, aerobic dan anaerobic fakultatif yang memfermentasi lactose dengan menghasilkan asam dan gas dalam waktu 48 jam pada suhu 35°C (Pelczar,1986)  .
            Kelompok Coliform mempunyai beberapa ciri yang juga dimiliki oleh anggota genus lainnya seperti Salmonella dan Shigella yaitu dua genera yang mempunyai spesies-spesies enteric patogenik. Namun, ada perbedaan biokimiawi utama yang nyata yaitu bahwa Coliform dapat memfermentasi lactose dengan menghasilkan asam dan gas sedangkan Salmonella dan Shigella tidak memfermentasi lactose. Sebagaimana akan menjadi jelas kemudian, fermentasi lactose merupak kunci di dalam prosedur laboratorium untuk menentukan potabilitas air.
Dalam metode MPN, dari setiap pengenceran dimasukan 1 ml masing-masing ke dalam tabung yang berisi edium, dimana untuk setiap pengenceran digunakan tiga atau lima seri tabung. Setelah inkubasi pada suhu dan waktu tertentu, dihitung jumlah tabung yang positif, yaitu tabung yang ditumbuhi jasad renik yang ditandai dengan timbulnya kekeruhan. Misalnya pada pengenceran pertama ketiga tabung menghasilkan hasil yang positif, pada pengenceran kedua tabung positif, pada pengenceran ketiga satu tabung positif, dan pada pengenceran terakhr tidak ada tabung yang positif. Kombinasinya menjadi 3,2,1,0 dan jka diambil tiga pengenceran yan pertama kmobinasinya akan menjadi 3,2,1. Angka kombinasi ini kemudian ini kemudian dicocokan dengan table MPN, dan nilai MPN dapat dihitung sebagai berikut :
MPN contoh = Nilai MPN dari tabel x 1/pengenceran tabung tengah
Metode MPN dapat digunakanuntuk menghitung jumlah jasad renik tertentu yang terdapat diantara campuran jasad renik lainnya. Sebagai contoh, jika digunakan Lactose Broth maka adanya bakteri yang dapat menfermentasi laktosa ditunjukan dengan terbentuknya gas didalam tabungdurham. Cara ini biasa digunakan untuk menentukan MPN Coliform terhadap air atau minuman karena bakteri Coliform termasuk bakteri yang dapat menfermentasi laktosa.
Bakteri golongan Coliform merupakanbakteri yang hidup hanya pada usushewan gologan Mammalia termasuk manusia. Penyebaran kotoran baik manusia dan hewan yang tidak terkontrol dalam linkungan perairan dapat menyebabkan lingkungan perairan tercemar oleh bakteri ini.
Ada tiga dasar untuk mendeteksi keberadaan bakteri golongan Coliform  dalam air, yaitu :
1.      Uji pendugaan ( Presumtive test )
2.      Uji Lanjutan ( Confirmed Test )
3.      Uji Pelengkap ( Complete Test )
Pengujian – pengujian ini dugunakan untuk mendeteksi keberadaan bakteri golongan Coliform yang merupakan indicator terkontaminasi lingkungan perairan oleh fekal ( faeces hewan mammalian ). Bakteri Coliform adalah bakteri gram negative, batan tidak berspora dan mampu melakukan fermentasi laktosa dengan menghasilkan asam dan gas yang terbentuk setelah dieramkan selama 24 jam pada suhu 37ºC.

Embriogenesis pada Tumbuhan Dikotil




Embrio merupakan bagian yang mengawali organisasi tumbuhan yang strukturnya terdiri dari jaringan meristematis yang mampu berdiferensiasi, karena terdiri dari protoderm, prokambium, dan meristem dasar. Hasil perkembangan zigot adalah embrio. 
Embrio dikotil terdiri dari :
Ø  Sumbu embrio dengan kotiledon
Ø  Epikotil di atas kotiledon
Ø  Hipokotil di bawah
Ø  Plumula ( embriogenik shoot ) ujung epikotil
Ø  Radikula ( embriogenik root ) tumbuh dari ujung hipokotil



Embriogenesis adalah tahapan perkembangan zigot / sel / jaringan / organ menjadi tanaman lengkap. Jadi, selain dari zigot dapat melalui sel – sel somatik, hasilnya disebut embrio somatik dapat alami atau melalui teknik in vitro (kultur jaringan).
Perkembangan Embrio
Kutub kalaza merupakan tempat utama yang mampu melanjutkan pertumbuhan.
Kutub mikrofil berfungsi vegetatif yang akan menghasilkan suspensor yang dapat mengalirkan nutrisi.
Stadium Diferensiasi Awal ( Proembrio )
Zigot yang bersel satu terbagi dua,umunya diawali pada dinding horisontal yang akan diikuti oleh dinding vertikal atau dinding yang miring.
Klasifikasi Embrio
Hasil penelitian embriogeni yang dihubungkan dengan ontogeni pada tipe – tipe embrio yang berbeda, yaitu pada :
*      Bahan – bahan seluler dalam pembentukan embrio sehingga dapat dibedakan bentuk suspensornya.
*      Awal pembentukan dari sel apek dan sel basal atau hanya dari bagian apek saja.
*      Posisi dinding pemisah tegak atau horizontal.
Embriogeni Dikotiledone
1.    Tipe onagrad atau tipe crusifer, ranunculaceae, annonaceae, onagraceae, cruciferae, pedaliaceae, schrophulariaceae.
2.    Tipe asterad, balsaminaceae, vitaceae, violaceae, dan compositae.
3.    Tipe caryophyllad, crassulaceae, haloragaceae, dan caryophyllaceae.
4.    Tipe sotanad, campanulaceae, theaceae, linaceae, dan solanaceae.
5.    Tipe chenopodiad, baraginaceae, chenopodiaceae.
Pada kebanyakan embrio angiospermae zigot membelah secara melintang yang menghasilkan sel apikal ( ca ). Akan tetapi, pada zigot Lorantaceae membelah vertical dan pada Triticum sp obliq ( miring ).
Perkembangan embrio dari dua sel, pembentukan organ dari embrio disebut proembrio. Pada proembrio dua sel, basal sel tetap belum membelah atau mengalami pembelahan melintang menjadi dua sel m dan c1. Pada kasus berikutnya apakah pembelahan sel apikal melintang atau vertikal empat sel proembrio adalah linier atau bentuk T ( 12 – A – C ).
Pada proembrio yang linier dua sel anak dari ca, dua pembelahan vertikal terdapat bentuk T. Bentuk proembrio T dapat membentuk oktan dari suatu konfigurasi yang berbeda, dimana semua sel terdapat dalam baris yang sama ( q ). Suatu quadran aksial dikelilingi oleh 4 sel perifer ( 12 – 2C ). Jadi, pada angiospermae terdapat dua tipe konfigurasi, yaitu :
a.    Komponen – komponen sel disusun dalam dua baris masing – masing empat sel ( beta, capsela, poa, sagitaria ).
b.    8 sel terdapat dalam satu baris ( lactuca, muscari ).
Berdasarkan pada pembelahan sel apikal ( ca ) pada proembrio 2 sel dan kontribusi sel basal ( cb ) dan sel apikal ( ca ) pada pembentukan embrio dikenal 5 tipe embriogeni :
1.    Sel apikal dari proembrio 2 sel membelah memanjang.
  1. Sel basal memegang peranan kecil atau tidak ada pada perkembangan embrio disebut tipe crucifer atau tipe onagrad.
  2. Sel basal dan sel apikal memberi sumbangan pada perkembangan embrio disebut tipe asterad.
Contoh : Balsaminaceae, Vitaceae, Compositae
2.    Sel apikal dari proembrio 2 sel membelah melintang.
a.    Sel basal memegang peranan yang sedikit atau tidak ada pada perkembangan embrio.
b.    Sel basal biasanya membentuk suspensor disebut tipe solanad ( Campanulaceae, Theaceae, Solanaceae )
c.    Sel basal tidak lagi mengalami pembelahan dan suspensor jika ada selalu berasal dari apikal disebut tipe caryophyllad.
Contoh : Crassulaceae, Caryophyllaceae
d.    Sel basal dan sel terminal memberi sumbangan turut serta pada perkembangan embrio disebut tipe chenopodial.
Contoh : Boraginaceae, Chenopodiaceae
Kelima tipe embriogeni terdapat pada tanaman dimana pembelahan pertama dari zigot adalah melintang. Dengan demikian, sel apikal dan sel basal dibentuk.
Perkembangan dari embrio dikotil pada ( Ranunculaceae ) tipe embrio onagrad.
§  Zigot membelah
ca-sel apikal ( kecil )
cb-sel basal ( besar )
§  Sel cb membelah menjadi c1 dan m, sel ca membelah menjadi 2 sel bentuk T, yaitu proembrio 4 sel terbentuk.
§  Dari sel cb, sel c1 membelah lagi menjadi sel n dan n1
§  Kedua sel tersebut kemudian membelah lagi membentuk barisan linier terdiri dari 3 atau 4 sel suspensor. Sel m dn turunannya membelah oleh pembelahan vertikal membentuk 4 sampai 6 sel.