Orang-orang menjadi begitu luar biasa ketika mereka mulai berpikir bahwa mereka bisa melakukan sesuatu. Saat mereka percaya pada diri mereka sendiri, mereka memiliki rahasia kesuksesan yang pertama (Norman Vincent Peale)

Pageviews last month

Search This Blog

Wednesday 27 November 2013

Jamur Kuping (Auricularia Polytrica)

Jamur kuping termasuk jamur kayu, merupakan species yang memiliki tubuh buah paling besar diantara familia Auriculariceae. Heminium yang menghasilkan basidium panjangnya dan bersel 4, terdapat pada permukaan bawah. Jamur segar umumnya mengandung 85-89 persen air. Kandungan lemak cukup rendah antara 1,08-9,4 persen (berat kering) terdiri atas asam lemak bebas mono ditriglieserida, sterol, dan phoshpolipida. Karbohidrat ada dalam bentuk glikogen, khitin, dan sebuah polimer N-asetil glikosamin yang merupakan komponen struktural sel jamur.
Jamur kuping memiliki permukaan bagian atas yang agak mengkilat dan halus, bagian bawah berbulu halus dan banyak mengandung spora. Tubuh buah duduk atau bertangkai pendek,berbentuk mangkok beraturan, biasanya berlekuk tak beraturan. Penampangnya beberapa cm sampai 2 dm, kalau basah seperti agar-agar, kalau kering menjadi kerupang kecil,berwarna coklat tua atau hitam, kenyal seperti tulang muda.
Jamur kuping telah lama dikenal oleh masyarakat, jauh sebelum jamur merang dibudidayakan, karena banyak tumbuh pada media kayu di desa-desa, tumbuh di kayu yang telah busuk. dan biasa dibiarkan begitu saja. Jamur kuping dikenal dengan banyak nama, karena terdapat di mana-mana. Di Jawa Barat dinamakan supa lember. Di Eropa dikenal dengan nama Oortjeszwam, di Jepang dengan nama Kikurage, orang Yahudi menyebutnya Jew's ear fungi. Di Indonesia, jamur kuping bisa ditemukan di sekitar Bogor, Sukabumi atau tempat sejuk lainnya seperti di daerah Yogya. Sedangkan di luar negeri banyak di budidayakan di Taiwan, Hongkong, Vietnam, Malaysia.
Sebagai organisme yang tidak berklorofil, jamur tidak dapat melakukan fotosintesis seperti halnya tumbuh – tumbuhan. Dengan demikian jamur tidak dapat menggunakan energi matahari secara langsung. Jamur mendapat makanan dalam bentuk jadi seperti selulosa, glukosa, protein, dan senyawa pati. Bahan – bahan ini akan diurai dengan bantuan enzim yang diproduksi oleh hifa menjadi senyawa yang dapat diserap dan digunakan untuk tumbuh dan berkembang. Semua jamur yang bersifat edibel bersifat saprofit yaitu organisme yang hidup dari senyawa organik yang telah mati (Sinaga, 1999).

2.2.1 Klasifikasi
Klasifikasi jamur kuping menurut Alexopolous dan Mins (1979) adalah sebagai berikut:
Kingdom         Fungi
Division           Amastigomycota
Class                Basidiomycetes
Ordo                Auriculariales
Family             Auriculariae
Genus              Auricularia
Species            A. polytricha (Mont.)Sacc.
                       
2.2.2 Perkembangan dan Siklus Hidup
Menurut Alexopoulus, J (1979) bahwa siklus hidup dari anggota Basidiomycetes ini terdiri dari 9 tahap, dimana tahap perkembangannya meliputi :
  1. Perkecambahan basidiospora,
  2. Pembentukan miselium hamokariotik yang haploid, jika terjadi siklus aseksual akan dihasilkan oidia,
  3. Proses plasmogami,
  4. Terbentuk miselium fertile, jika terjadi siklus aseksual akan menghasilkan spora binukleid,
  5. Pembentukan tubuh buah jamur,
  6. Pembentukan basidia,
  7. Peleburan sepasang nuclei dari 2 tipe induk (kariogami),
  8. Berlangsungnya proses meiosis,
  9. Terbentuknya basidiospora.
Auricularia polytricha berkembang biak dengan spora. Di tempat yang lembab spora-spora ini akan berkecambah membentuk semacam benang halus yang dinamakan hifa. Hifa ini akan tumbuh ke seluruh bagian media tumbuh. Jalinan sejumlah hifa yang membentuk jaringan disebut miselium.


2 comments: