Botulisme (Keracunan botulin)
Clostiridium botulinum merupakan bakteri anaerobik berspora,bahaya utama pada makanan kaleng karena dapat menyebabkan
keracunan botulinin. Tanda-tanda keracunan botulinin antara lain
tenggorokan kaku, mata berkunang-kunang, dan kejang-kejang yang menyebabkan
kematian karena sukar bernapas. Bakteri ini menyerang
sistem saraf. Biasanya
bakteri ini tumbuh pada makanan kaleng yang tidak sempurna pengolahannya atau
pada kaleng yang bocor, sehingga makanan di dalamnya terkontaminasi udara dari
luar.Botulinin merupakan sebuah molekul protein dengan daya keracunan yang
sangat kuat. Satu mikrogram botulinin sudah cukup mematikan manusia. Untungnya
karena merupakan protein, botulinin bersifat termolabil dan dapat diinaktifkan
dengan pemanasan pada suhu 80 derajat Celsius selama 30 menit. Garam dengan
konsentrasi 8 persen atau lebih serta pH 4,5 atau kurang dapat menghambat
pertumbuhan C. botulinum, sehingga produksi botulinin dapat dicegah. Spora C botulinum ini resisten terhadap panas dan perebusan, tetapi
sebaliknya untuk toksin dari C botulinum ini sensitif terhadap panas dan hancur
bila digodok.
Satu hal yang perlu mendapat perhatian untuk produk
kemasan adalah proses yang, tidak sempurna dan kerusakan kemasan selama
distribusi maupun penyimpanan. Hal itu sangat membahayakan karena patensial
jadi tempat tumbuhnya mikroba patogen yang mematikan, salah satunya Clostiridium
botulinum. Ciri-ciri makanan kalengg yang telah rusak, yaitu flipper,
springer, soft swell, dan hard swell. Flipper dapat dicirikan
permukaan kaleng kelihatan datar, tetapi bila salah satu ujung kaleng ditekan,
ujung lainnya akan menjadi cembung.Springer dapat dicirikan dari salah
satu ujung kaleng sudah cembung secara permanen. Bila ditekan, cembung akan
bergerak ke arah yang berlawanan.Soft swell dicirikan dengan kedua ujung
kaleng sudah cembung, tetapi belum begitu keras sehingga masih bisa ditekan
sedikit ke dalam. Hard swell dicirikan dengan kedua ujung permukaan
kaleng cembung dan sangat keras, sehingga tidak bisa ditekan ke dalam oleh ibu
jari.Selain itu, masih ada flat sour, yakni permukaan kaleng tetap datar
tetapi produknya sudah berbau asam yang menusuk. Hal itu disebabkan oleh
aktivitas spora bakteri tahan panas yang tidak hancur selama proses
sterilisasi.Berdasarkan tingkat keasaman produk, makanan kaleng terbagi atas
makanan kaleng berasam rendah dan makanan kaleng berasam tinggi. Makanan kaleng
berasam rendah memilik pH lebih dari 4,6. Produk pangan yang dikalengkan dengan
kondisi tersebut adalah daging, seafood, susu, dan sayuran seperti
asparagus, jagung, dan kacang hijau. Makanan kaleng berasam tinggi memiliki pH
4,6 atau kurang. Produk pangan yang dikalengkan dengan kondisi tersebut adalah
buah-buahan dan sauerkraut.Kerusakan Makanan kaleng berasam berasam rendah
dapat terdiri dari kebusukan flat sour {asama tanpa gas), kebusukan
termofilik anaerobik dengan pengembungan kaleng dan kebusukan sulfida.
Kebusukan flat sour disebabkan bakteri Bacillus stearothermophillus
yang menyebabkan pH produk menurun.Kebusukan termofilik anaerobik disebabkan
bakterl Clostiridium thermosaccharolyticum banyak memproduksi gas
hidrogen dan CO2. Kebusukan ini menyebabkan produk pangan berbau keju dan
kaleng terlibat kembung, kadang-kadang dapat meledak jika pengembungan sangat
kuat. Kebusukan sulfida disebabkan bakteri anaerob pembentuk spora termofilik
obligat, yaitu Desulfotomaculum nigrificans yang memproduksi H2S.
Kebusukan ini menyebabkan kaleng tidak terlihat kembung, tetapi produk berwarna
gelap dan berbau seperti telur busuk.Kerusakan makanan kaleng berasam tinggi
disebabkan mikroba yang tumbuh pada pH di bawah 4,6 dan tahan panasseperti C.
pasteurianum yang bersifat mesofilik, bakteri berspora pembentuk asam yang
bersifat asidurik seperti Bacillus coagulans, kapang yang yang
memproduksi askospora yang dapat tahan panas, seperti Byssochlamys fulva,
dan khamir.
No comments:
Post a Comment