Pemanasan global merupakan sesuatu yang tak terbantahkan
lagi dan dapat menimbulkan dampak sangat mengerikan. Pemanasan global (global
warming) pada dasarnya merupakan fenomena peningkatan temperatur global
dari tahun ke tahun karena terjadinya efek rumah kaca (greenhouse effect)
yang disebabkan oleh meningkatnya emisi gas-gas seperti karbondioksida (CO2),
metana (CH4), dinitrooksida (N2O) dan CFC sehingga energi matahari terperangkap
dalam atmosfer bumi. Kejadian ini memberikan dampak yang luas dan serius bagi
lingkungan bio-geofisik (seperti pelelehan es di kutub, kenaikan muka air laut,
perluasan gurun pasir, peningkatan hujan dan banjir, perubahan iklim, punahnya
flora dan fauna tertentu, migrasi fauna dan hama penyakit, dsb). Sedangkan
dampak bagi aktivitas sosial-ekonomi masyarakat meliputi :
(a) gangguan
terhadap fungsi kawasan pesisir dan kota pantai,
(b) gangguan terhadap fungsi
prasarana dan sarana seperti jaringan jalan, pelabuhan dan bandara
(c) gangguan
terhadap permukiman penduduk,
(d) pengurangan produktivitas lahan pertanian,
(e) peningkatan resiko kanker dan wabah penyakit, dsb).
Masalah mengenai lingkungan pada dasarnya
memiliki solusi yang berasal dari lingkungan juga. Salah satunya efek rumah
kaca dan pemanasan global yang bisa direduksi dengan bantuan mikroorganisme.
Gas rumah kaca yang disebabkan oleh bahan bakar fosil, seperti karbon dioksida
ketika dilepaskan di atmosfir, keberadaannya akan menghalangi panas yang akan
meninggalkan bumi sehingga akan meningkatkan temperature bumi. Bila hal ini
terjadi maka akan terjadi perubahan iklim yang akan mempengaruhi kualitas
kehidupan di lingkungan kita. Selain disebabkan oleh CO2, gas
berikut juga memiliki kontribusi dalam pemanasan global, methane (CH4)
dan nitrous oksida (N2O). Peran mikroorganisme untuk mengurangi
kadar gas pemicu terjadinya pemanasan global sangat dibutuhkan. Mikroorganisme
dapat menjadi penyebab atau korban, namun juga dapat menjadi penyelamat alami
mengatasi pemanasan global.
Proses Terjadinya Pemanasan Global
Gelombang cahaya matahari memanaskan bumi. Cahaya matahari ini harus
melalui lapisan atmosfer yang menyelubungi dan melindungi bumi. Cahaya ini
kemudian diserap oleh benda-benda yang ada di bumi. Sisanya dipantulkan kembali
ke ruang angkasa melalui radiasi.
Atmosfer yang menyelimuti bumi terdiri atas campuran berbagai gas.
Beberapa jenis gas seperti karbondioksida, dinitroksida, dan metana menahan
panas matahari yang masuk dan mencegahnya kembali ke angkasa. Hal ini yang
menyebabkan permukaan bumi tetap hangat sehingga bisa ditinggali makhluk hidup.
Gas-gas tadi dinamakan Gas Rumah Kaca (GRK) karena efeknya mirip panel yang
berfungsi menahan panas supaya rumah kaca tetap hangat.
Tetapi jika GRK terlalu banyak, panas matahari yang terperangkap di bumi
terlalu banyak sehingga suhu bumi meningkat. Dari tahun ke tahun jumlah GRK
semakin banyak karena polusi yang disebabkan manusia. Hal ini menyebabkan bumi
semakin panas. Diantara semua gas tadi, Karbondioksida adalah GRK utama.
Jumlahnya sekitar 80% dari keseluruhan GRK.
Ada banyak hal yang menimbulkan GRK. Karbondioksida muncul akibat
penggunaan bahan bakar fosil seperti batubara, gas, dan minyak. Penebangan
hutan juga menyumbang tingginya karbondioksida di atmosfer. Saat pohon
ditebang, ia melepaskan karbondioksida karena pohon berfungsi menyerap karbon.
Pertanian juga ikut menyumbang GRK. Lahan pertanian yang dipupuk dengan pupuk
bernitrogen akan menghasilkan Dinitroksida.
Methanogen
Mikro organisme yang disebut methanogen yang hidup dalam habitat bebas oksigen, memproduksi gas methan yang cukup untuk memanaskan bumi agar tidak membeku. Untuk menciptakan efek rumah kaca sekuat itu, para peneliti dari NASA memperhitungkan konsentrasi karbondikosida di atmosfir sekitar dua persen. Artinya, diperlukan volume gas karbondioksida 50 kali lipat dari volume saat ini tetapi hanya dibutuhkan 0,1 persen konsentrasi gas methan untuk menjaga agar bumi tidak membeku.
Selama sekitar dua milyar tahun, mikroorganisme methanogen berkembang biak di bumi yang dipenuhi aktivitas vulkanisme. Methanogen mengkonsumsi karbondioksida dan hidrogen, yang dimuntahkan gunung api dan memproduksi gas methan sebagai produk buangan. Selama milyaran tahun konsentrasinya menjadi cukup besar untuk menyebabkan efek rumah kaca dan pemanasan global di bumi. Diperkirakan, suhu bumi ketika itu, rata-rata 33 derajat Celsius atau jauh lebih panas ketimbang suhu rata-rata selama 100.000 tahun terakhir ini. Ketika produksi gas methan melebihi konsentrasi satu promile, sistem thermostat global di atmosfir bekerja dengan mengubah methan menjadi rantai polymer panjang yang menghalangi cahaya matahari sehingga menyebabkan terjadinya semacam penyejukan suhu global.
Akibatnya, pada zaman kambrium yakni sekitar 542 juta tahun lalu, terjadi eksplosi biologi di permukaan bumi yaitu tiba-tiba keanekaragaman hayati meningkat secara drastis. Dalam waktu hanya 40 juta tahun, jumlah biomassa yang menjadi cikal bakal organisme modern semakin banyak jenisnya. Pemicunya diduga emisi oksigen ke atmosfer yang membunuh mikroorganisme methanogen, tetapi memunculkan semakin banyak organisme lain yang berderajat lebih tinggi.
Pengendalian Pemanasan Global
1. Menghilangkan karbon
Cara yang paling mudah untuk menghilangkan karbondioksida di udara adalah dengan memelihara pepohonan dan menanam pohon lebih banyak lagi. Pohon, terutama yang muda dan cepat pertumbuhannya, menyerap karbondioksida yang sangat banyak, memecahnya melalui fotosintesis, dan menyimpan karbon dalam kayunya.
2.Persetujuan internasional
Kerjasama internasional diperlukan untuk mensukseskan pengurangan gas-gas rumah kaca. Di tahun 1992, pada Earth Summit di Rio de Janaerio, Brazil 150 negara berikrar untuk menghadapi masalah gas rumah kaca dan setuju untuk menterjemahkan maksud ini dalam suatu perjanjian yang mengikat. Pada tahun 1997 di Jepang. 160 negara merumuskan persetujuan yang lebih kuat yang dikenal dengan Protokol Kyoto.
3.Mikroba sungai kotor tekan pemanasan global Cara lain yang bisa dilakukan untuk adaptasi terhadap pemanasan global yaitu memanfaatkan bakteri yang biasa ditemukan di sungai kotor dan tercemar. Mikroba dari sungai tercemar bisa dimanfaatkan untuk mengikat unsur gas rumah kaca dari atmosfer dan rekayasa genetika pada bakteri jenis tertentu terbukti mampu mengikat karbondioksida dan metana, dua komponen terbesar gas rumah kaca, hingga 30 persen.